Langsung ke konten utama

Postingan

  Pilihlah Sukacita Sebuah buku yang ditulis oleh Kay Warren, istri dari Rick Warren seorang penulis dan pengkhotbah terkenal. Ia menyentak hati para pembacanya dengan karya tulisnya yang luar biasa, bukan karena rangkaian kata-kata yang hebat namun karena apa yang ditulisnya adalah hasil pergumulan peribadi yang dialami dan dijalani sendiri dalam mengarungi jalan kehidupan yang sebetulnya justru berlawanan dengan harapan dan impiannya. Ia terkena kanker stadium empat yang berkepanjangan sampai pada satu titik ia sendiri hampir putus asa karena pergumulan yang berat itu namun menariknya ia kemudian bangkit dari titik ketidakberdayaan masuk pada titik penyerahan total, meski katanya sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Itu sebab bukunya yang pertama diberi judul, penyerahan hidup secara total pada Tuhan. Saya sudah membaca buku itu hingga habis dan sekarang buku tersebut saya berikan kepada seorang ibu yang sedang bergumul dengan kankernya. Berharap buku itu bisa menguatkan dan m
Postingan terbaru

Mengalah untuk Menang

Keputusan Ahok tidak melakukan langkah hukum banding berarti ia sudah siap menjalani hukuman penjara selama dua tahun. Apa alasannya akan disampaikan dalam konferensi pers enam jam ke depan. Hukum di dunia ini tidak pernah soal benar atau salah. Yang benar bisa dihukum, yang salah bisa tak tersentuh. Tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas. Adil hanyalah utopia. Hukum di dunia ini tidak akan pernah adil. Karena itu, kita yang bodoh kalau berharap ada keadilan dari sistem yang sudah korup ini. Ahok pasti paham soal ini. Upaya banding tidak akan mendatangkan manfaat baginya, tetapi hanya akan mendatangkan mudarat bagi bangsa ini. Jika setiap kali sidang ada demo dari kedua kubu, NKRI menjadi pertaruhannya. Di Indonesia, ada pola kerusuhan rasial yang berulang, yaitu per 20 dan 30 tahun. Pada 2018 akan bertepatan dengan 20 tahun kerusuhan '98. Saya memperkirakan akan ada usaha menyulut kerusuhan besar-besaran pada 2018 sebagai cara menjegal Jokowi pada 2019. Ap

"Si Nemo terperangkap dalam pukat"

Banyak kisah Alkitab yang memperlihatkan bahwa orang benar masuk penjara.  Mulai dari Daniel, Yusuf, Para Nabi dan Rasul yang bergelut memberitakan kebenaran dengan suara lantang tanpa salah yang mereka lakukan justru dihadapkan pada tuduhan yang tampaknya dipaksakan demikian adanya, seakan-akan mereka melakukannya.  Bahkan Kristus harus diadili sedemikian rupa meski tidak ada hal yang bisa dituduhkan kepada-Nya.  Kisah pilu ini terus berlanjut maklum manusia telah jatuh dalam dosa. Yang salah tetap hidup jaya dan yang benar disingkirkan bila tak mau sedikit kompromi.  Ini realita yang ada, tak usah jauh-jauh kisah yang paling hangat adalah Gubernur DKI Jakarta yang mendapatkan vonisan hakim dengan penjara dua tahun dan langsung ditahan di lapas Cipinang Jakarta Timur.  Hari Selasa, 09 Mei 2017 menjadi saksi yang tak terganti dan akan terus bergema sepanjang sejarah, bahwa "si penista agama" begitu yang dituduhkan kepadanya telah masuk bui jeruji besi dengan  putusan yan

Gereja Diam, Setan Tertawa

Mengapa Setan berpesta dan tertawa gembira? Itu karena gereja lebih memilih diam daripada bertindak nyata. Mungkin kita tak terima dengan pernyataan tersebut namun itulah yang terjadi kursi empuk di dalam gereja dan ac pendingin begitu menyenangkan sehingga orang percaya begitu betah berteduh di dalam ketimbang turun ke jalan menyuarakan dan menghidupi kebenaran. Mother Teresa, William Carey, John Sung, Luther, Calvin, dan masih banyak tokoh Kristen lainnya tidak memilih untuk bersembunyi di dalam realita yang ada namun mereka memiliki sikap yang jelas bahkan tegas sehingga membuat arus tenang menjadi tak senang karena dianggap terlalu berlebihan.  Tapi mereka sadar bahwa mereka harus menggoncang zaman dan tak ingin berada di zona nyaman.  Tak banyak orang yang tertarik karena memang tak betujuan menarik simpatik namun karena hati naruani yang terusik sehingga tak tega dan merasa gerah dengan kesemberautan hidup yang ada.  Karena mereka berjuang apakah laku kemudian mendulang pujia

Fenomena Ahok

Pagi ini saat melewati balai kota DKI Jakarta saya kagum melihat pemandangan yang agung.  Sederetan bunga terpampang di sepanjang jalan depan balai kota dan monas.  Destinasi wisata yang baru bagi orang-orang dari berbagai daerah karena selama ini hanya melihat dari televisi tetapi kini bisa sekalian jalan-jalan sendiri, bersama teman atau keluarga. Tapi bukan sekedar bunga itu yang membuat orang ingin datang tetapi menarik setiap kata yang ada di bunga papan itu, menceritakan tentang perasaan, makna dan kekaguman warga dari berbagai penjuru kepada Basuki Tjahja Purnama. Kisah itu dimulai ketika kekalahannya melawan Anies-Sandi di pilgub putaran ke dua menurut hitungan berbagai lembaga survei yang ada.  Kekalahan itu menuai simpatik dan rasa kecewa yang mendalam, pasalnya Gubernur yang selama ini telah dikagumi karena memimpin dengan bersih, dengan integritas, berani melawan arus dan memiliki spiritual yang baik, dan berkapasitas untuk memimpin Jakarta ke arah lebih baik, kini hara

Kebenaran yang Memerdekakan

Kebenaran dan kemerdekaan adalah satu hal yang erat dan mengikat satu sama lain.  Bahwa mereka yang memiliki kebenaran mereka itulah yang merdeka sebaliknya mereka yang merdeka merekalah yang memiliki kebenaran. Namun banyak juga yang merasa memiliki kebenaran namun tidak mengalami kemerdekaan. Apa sesuungguhnya yang terjadi? Bahwa orang demikian sebetulnya tidak benar-benar merdeka meski merasa merasa sudah merdeka karena kemerdekaan diperoleh di dalam kebenaran Kristus sebab Dialah sumber kebenaran itu.   Beragama Kristen, menjadi keturunan Abraham, menjadi pelaku Taurat bukan berarti sudah merdeka karena kemerdekaan itu terjadi bila Kristus melakukan kemerdekaan atas hidup kita. Dan inilah yang ungkapkan oleh Yohanes 8:30-36.  Apa sebetulnya yang membuat orang tidak mengalami kemerdekaan yaitu karena mereka sudah terikat dengan dosa.  Ikatan tersebut berusaha mereka lepaskan dengan perbuatan baik, dengan beragama, dengan melakukan hukum moral dan hukum yang tertulis saja.  S

Ketika Kematian itu Datang

Berita duka tentu sudah biasa di dengar oleh telinga kita bahkan mungkin dari antara kita pernah mengalaminya secara pribadi karena orang terdekat yang kita kasihi pergi pulang ke rumah Bapa di surga. Peristiwa itu tentu sangat menyedihkan dan memukul sebab tak semua orang siap dan mampu menahan emosi bahkan memiliki pemahaman yang baik tentang peristiwa yang sedang di hadapi.  Mudah bagi kita untuk memahami kalau orang tersebut mati tua ketimbang mati muda meninggalkan anak, atau suami atau istri, dll.  Namun kita tak punya daya untuk menahan agar kematian itu tak datang meski berbagai hal mungkin sudah kita usahakan agar yang terbaik terjadi. Beberapa waktu lalu saya mendengar 6 orang di kampung saya mati tenggelam karena perahu yang ditumpangi karam menghempas batang pohon di pinggiran sungai.  Dan hari ini seorang rekan dan pelayan Tuhan juga masih ada hubungan saudara dipanggil oleh Dia sang pemilik hidup itu.  Saat kita hidup suatu kenyataan yang harus