Langsung ke konten utama

✽- Ad Infinitum -✽̈



Pada suatu hari, sekitar pukul tiga sore, Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah.

Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahir sehingga ia harus diusung-usung. Tiap hari, orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang disebut Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang-orang yang masuk ke sana.

Ketika orang itu melihat bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia pun meminta sedekah. Petrus berkata kepadanya: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"

Hari itu, nama Allah dipermuliakan karena semua orang melihat dengan mata kepala sendiri kalau orang itu menjadi bisa berjalan, bahkan kemudian melompat-lompat sambil memuji Allah.[1]
Ketika engkau punya Kristus dalam hidupmu, maka engkau sudah punya segalanya, walau emas dan perak tidak ada padamu.
Ketika engkau hanya punya emas dan perak dalam hidupmu, maka sesungguhnya engkau belum pernah punya apa-apa.

Voltaire pernah mengucapkan kalimat yang begitu sinis, tapi mungkin benar adanya, "Di depan uang, agama semua manusia itu sama." Uang memberi manusia "false pride" dan "false security". Asal pegang uang, entah kenapa, si manusia berdosa ini merasa punya alasan untuk diperlakukan dengan hormat, termasuk untuk merasa aman sentosa.

Bukankah perkara mengumpulkan harta di dunia ini laksana meminum air garam; makin diminum, malah makin haus? Makin kaya, malah makin merasa kurang?
"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" tanya Yesus satu kali.[2]

Karena itu, Alkitab memerintahkan orang-orang pilihan untuk berkecukupan dalam hal materi,[3] namun harus berkelimpahan dalam sukacita dan damai sejahtera.[4] Bukan sebaliknya.
Di manakah sukacita dan damai sejahtera itu bisa ditemukan kalau begitu? Di salib Kristus.

Di manakah salib itu bisa ditemukan? Beritakanlah Injil; karena siapa pun yang memberitakan salib, ia pasti langsung di"salib"kan.
Tidak heran jika Matius, si konglomerat pemungut cukai, rela meninggalkan segalanya hanya karena Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Matius tahu, yang harus diutamakan sudah memanggilnya.[5]

Penulis,
Yoghan

[1]Kis 3:1-10
[2] Mat 16:26
[3] 1Tim 6:8
[4] Yoh 14:27; Yoh 15:11; Roma 14:17; Roma 15:13
[5] Luk 5:27-28; Mat 9:9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melayani sesuai dengan Karunia

Jika karunia untuk melayani , baiklah kita melayani ; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasehati, baiklah kita menasehati. Roma 12:7,8 Karunia adalah suatu anugerah khusus yang diberikan oleh Allah kepada para pengikut Kristus untuk membangun Jemaat-Nya sehingga mereka boleh menikmati kehidupan yang penuh sukacita, damai sejahtera, serta dapat melakukan peribadatan yang benar kepada Allah dan dapat bertumbuh melaluinya. Di dalam 1 Korintus 12, kita dapat menemukan macam-macam karunia yang Tuhan anugerahkan kepada orang percaya.  Karunia bukanlah menjadi ajang untuk pertunjukan atau ajang pamer kemampuan rohani, tetapi menjadi kesempatan untuk orang percaya memberitakan tentang kemurahan Allah dan kasih-Nya kepada sesama orang percaya dan kepada mereka yang belum percaya. Kita sadar bahwa masing-masing orang memiliki karunia yang berbeda-beda, karena itu sangatlah baik kalau perbedaan karunia menjadi kesempatan untuk saling memperlangkap...

Murid yang Radikal

Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Lukas 9:23 Perjalanan mengikut Yesus adalah perjalanan sepenuh hati, pikiran dan kekuatan hidup.  Sekali mengikut-Nya berarti siap berjalan dalam hidup-Nya. Diri menjadi tak terlalu penting tetapi Yesus yang diikuti menjadi keinginan dan pembakar semangat hidup yang ditapaki.  Memang Yesus juga secara ketat dalam hal pemilihan dan pernyataan bahwa barang siapa yang mau mengikut-Nya harus berani mengabaikan diri dan mengutamakan Tuhan.  Sehingga ada yang menawarkan diri mendapat tolakkan dari-Nya sebab mengikut Yesus bukan berbicara tentang aku mendapat apa tetapi berbicara tentang aku memberi apa? Menjadi menarik saat kita tahu bahwa menjadi pengikut Yesus bukan sekedar banyak orang tetapi berbicara tentang kualitas hidup seseorang.  Artinya hidup tanpa kompromi dengan keinginan-keinginan yang selalu menjadi iming-iming ...

Anak Panah di Tangan Pahlawan

Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan,  demikianlah anak-anak pada masa muda. Mazmur 127:4 Pada hari ini saya membaca sebuah buku yang sangat bagus yang berjudul, Pelajaran dari Ayah ditulis dan dikumpulkan oleh Joan Aho Ryan.  Pada halaman 27 dia mengutip kata-kata Will Rogers Jr., yang berbunyi " Warisan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau harta milik, tetapi harta karun yang tak terucapkan, harta karun teladannya sebagai seorang pria dan seorang ayah.  Lebih dari apa pun yang kumiliki, aku berusaha mewariskan itu kepada anak-anakku."     Pahlawan yang sudah mahir memanah tidak akan pernah salah membidik sasarannya.  Anak panah adalah andalan bagi seorang pahlawan. Seorang pahlawan tidak pernah salah memperlakukan anak panah yang dia punyai, ia akan menaruhnya dalam tabung panah dengan baik dan mempergunakannya tepat pada waktunya.  Berbicara tentang anak, bukan hanya berbicara tentang pribadi yang lucu saat ia di...