Yohanes 5:1-16
Suatu kali ketika saya mengantar istri untuk memenuhi panggilan interview bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta Pusat, sepulangnya istri bercerita bahwa dia diminta untuk menunggu disalah satu ruang yang dilengkapi dengan kamera CCTV, cukup lama istri menunggu di ruang tersebut, lalu baru kemudian di interview. Istri mengatakan bahwa menunggu tidaklah enak dan memang membutuhkan kesabaran. Namun harus kita sadari bahwa di dalam dunia ini kita selalu berjumpa dengan ruang tunggu dan hal tersebut tidak menyenangkan. Waktu kita ke rumah sakit, ke atm, ke airport, ke pesta, kita selalu berjumpa dengan ruang tunggu. Nampaknya, ruang tunggu menjadi suatu hal yang tak dapat kita hindari.
Kisah yang lain, ketika menunggu istri melahirkan dengan operasi caecar di daerah bekasi. Waktu menunggu semua proses yang harus istri jalani tentu bagi saya sendiri tidaklah mudah, berbagai macam pemikiran tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi saat opreasi, bagaimana kondisi istri dan bagaimana kondisi bayi. Belum lagi berbicara tentang pergumulan tentang keuangan yang diperlukan untuk semua hal. Ada perasaan gentar, penuh harap, dan doa yang tak henti. Akhirnya, saya bisa bernafas lega ketika saya mendengar suara tangisan bayi dan suster berkata, "Pak, ini anak Bapak." setelah saya menunggu dan melihat anak saya hati saya sangat senang dan saya lihat semunya sempurna, jari-jemari semuanya komplit dan wajahnya sangat cantik.
Pernahkah kita menyadari bahwa orang sakit pun sebenarnya mereka sedang berada di ruang tunggu, karena ternyata mereka menunggu kapan waktunya mereka mengalami kesembuhan. Orang muda juga sedang menunggu, menunggu kapan memiliki pacar, kapan menikah dan kapan mempunyai pekerjaan dan kapan menjadi orang yang sukses. Dan kesimpulan sementara saya adalah bahwa semua orang yang ada di dalam dunia ini, di sadari atau tidak mereka sedang berada di dalam ruang tunggu kehidupan.
Bacaan di atas mengisahkan tentang seorang wanita yang bergumul sedemikian rupa menghadapi sakit yang dialami selama 38 tahun. Tidak heran kalau dia menunggu dengan penuh harap agar ada orang yang menolongnya keluar dari ruang tunggu tersebut. Penantian dalam ruang tunggu ternyata tidak mudah sebab semua orang hanya peduli pada dirinya sendiri dan tak pernah berpikir untuk membantunya. Ya memang tak dapat dihindari bahwa ternyata di dalam dunia ini begitu banyak orang yang hanya berlomba-lomba untuk menikmati keadaan yang nyaman hanya untuk dirinya sendiri. Termasuk orang-orang Yahudi yang setiap hari lalu lalang dan hanya menikmati pemandangan tentang adanya orang sakit di setiap serambi. Tanpa aksi dan bahkan bungkam. Saya tidak tahu pasti, namun pertanyaan saya adalah kalau seandainya waktu itu kita di sana, apakah yang akan kita lakukan kepada mereka yang sakit, yang sedang menunggu kesembuhan itu? Di luar pikiran orang dan termasuk orang yang sakit ini, Yesus datang dengan cara yang berbeda, bukan hanya melalui dan melihat-lihat mereka yang sakit. Tetapi Dia datang untuk menolong, Ia membawa harapan, Ia mempunyai jawaban terharap persoalan itu. Meski kedatangan Yesus membawa harapan, namun menurut yang sakit mereka akan sembuh kalau masuk ke dalam kolam, namun Yesus menawarkan hal yang berbeda. Kesembuhan tak harus masuk kolam tetapi hanya perlu tangan Tuhan yang bekerja. Bukankah para ahli agama sering kali mempeributkan tentang cara, kapan dan waktu kesembuhan itu di lakukan? tetapi Yesus lebih fokus pada kehidupan jasmani dan rohani.
Di dalam ruang tunggu kehidupan banyak hal yang tak terduga bisa terjadi. Sakit bisa menjadi sembuh karena tangan Tuhan yang bekerja nyata dan tak masuk logika. Tetapi perjumpaan dengan Tuhan di ruang tunggu kehidupan adalah sesuatu yang sangat menyukakan. Pengalaman indah tersebut, membuat kita melihat kehidupan dengan cara yang berbeda. Hidup tidak bergantung pada peraturan keagamaan yang terlihat seolah-oleh mengasihi Tuhan, karena ternyata banyak hal yang lebih memikat dan nikmat dari pada terlalu terikat pada peraturan keagamaan yang tak pernah mengubah apa pun. Hidup itu juga tidak tergantung pada pengalaman orang lain, karena ternyata pengalaman orang lain mungkin saja tidak pernah menjadi pengalaman kita. Bagi yang lain mungkin itu berkat,namun belum tentu membuat hidup yang anda jalani lebih nikmat. Tiga puluh delapan tahun menderita sakit, tentu tak mudah. Namun lebih baik sakit tiga puluh delapan tahun, kemudian bertemu Yesus. Dari pada sakit dalam waktu yang singkat dan tidak pernah bertemu dengan Yesus sama sekali. Dan lebih menderita lagi apabila seseorang sehat dan beragama dengan ketat seumur hidup namun tak pernah berjumpa dan menikmati sentuhan tangan-Nya. Peristiwa yang menyakitkan karena menderita sakit selama 38 tahun sekaligus menjadi peristiwa yang sangat istimewa dan menyenangkan karena ternyata Yesus yang adalah Juruselamat dunia dan Sang penyembuh itu mengulurkan tangan-Nya kepadanya. Siapa sangka, Ia yang adalah Raja mau melakukan peristiwa yang istimewa di dalam kehidupannya yang lama menderita. Namun pengalaman dengan-Nya telah mematahkan segala ketidakmungkinan yang terjadi menurut logika manusia. Ironisnya bukan hanya tubuhnya yang sehat tetapi jiwanya juga sehat. Tetapi mereka yang mengaku sehat dan saleh secara rohani, memahami berbagai hal tentang firman Tuhan justru mengalami sakit dan tak pernah mengalami sentuhan tangan-Nya yang mulia.
Nikmati ruang tunggu kehidupan dan terus bergantung pada Tuhan, tak perlu iri dengan pengalaman dan kehidupan orang lain. Tuhan akan datang pada waktu-Nya dan dengan cara-Nya, mungkin saat kita sakit, sahat sehat, sahat usaha sukses atau saat usaha bangkrut, saat anda ada masalah dan bisa juga saat anda tidak mengalami masalah namun yang pasti Ia datang dan bekerja sesuai dengan waktu-Nya. Karena itu bukalah hatimu setiap saat pada Tuhan dan bergantung penuh pada-Nya. Jangan hanya bergantung saat beribadah dan datang ke gereja karena ternyata orang yang sering berada di rumah Tuhan seperti ahli-ahli Taurat dan orang Fairis dan Saduki justru tak pernah pernah berjumpa dengan-Nya secara Pribadi. Memahami hukum-hukum Allah, memahami konsep kesalehan dan berbagai pernak pernik hidup rohani itu penting tetapi yang lebih penting adalah saat anda bisa bertumbuh dan berkarya dalam kehidupan rohani anda. Berjuanglah terus untuk menikmati dan menggumuli ruang tunggu kehidupan. Karena akan saat datang Tuhan mengubah penantian menjadi petualangan iman yang menyenangkan sehingga menapaki hari-hari ke depan dengan penuh kemenangan.
Komentar
Posting Komentar