Filipi 2:1-7
Kristen adalah kualitas
kehidupan bukan aktivity rohani belaka.
Hidup yang lurus dan tulus belum tentu berjalanan dengan mulus karena
kompetisi dan perlawanan dari luar pun ternyata datang tanpa diduga dan diminta namun perlu dihadapi oleh
mereka yang berdiri dengan berani di dalam iman yang penuh, teguh kepada
Tuhan. Kita melayani bukan untuk tujuan
penghargaan namun untuk membangun kebersamaan yang berkenan kepada Tuhan. Karena itu, pelayanan kita harus berdiri pada
dasar misi bukan visi. Setiap perusahaan
membangun diri atas dasar visi baru misi namun kekristenan membangun diri pada
misi baru visi. Tentu apa yang
kekristenan lakukan sudah sejalan dengan mandat Tuhan. Yesus dalam amanat agungnya menaruh misinya
dan itu adalah visinya di dunia, dan kita diajaknya untuk mengembannya sebagai
jawaban. Kita tak mampu melakukan tanpa rekan dan teman atau saudara seiman,
karena memang pekerjaan Tuhan bukan dilakukan secara individualis namun secara oikumenis. Yesus menjadi patokan dan arah dalam
persekutuan dan pelayanan gereja. Ia adalah kepala dan kita adalah anggotanya.
Di dalamnya kita rela menghamba dan mengemban amanat untuk kemuliaan bapa.
Sehingga perlu adanya semangat kasih mesra, persekutuan Roh dan belas kasihan,
sehati sepikir, satu kasih dan satu tujuan serta tidak mencari kepentingan diri
sendiri. Mengisi diri dalam semangat
Ilahi memang perlu dihidupi. Panggilan
yang murni dan melayani dengan hati tentu harus menjadi bagian yang terpuji dan
teruji. Jadi tak ada semangat manusiawi
dan duniawi yang menghantui. Gesekan dan
kesalahpahaman memang wajar terjadi namun harus tetap terkendali dalam arti
yang terpuji dan untuk kemuliaan Ilahi. Penguasaan diri memang perlu terjadi
dan tanpa henti. Semua akan terjadi dengan indah bila semua pihak berani
menundukkan diri pada Kristus dan berani belajar pada-Nya. Mengosongkan diri dalam standar dan
konsekuenasi yang tak lazim, apalagi meneladani Yesus dalam cara-Nya memang
menyadarkan diri kita untuk belajar menundukan diri dengan rendah hati. Berani
mengorbankan dan mengosongkan keberadaan diri-Nya dan meletakkan kesetaraan
dengan Allah sebagai milik tak harus dipertahankan adalah suatu kepuasan. Dalam
kerelaan dan ketaatan yang manis meski hasilnya terlihat pahit, Ia mampu menyelesaikan
tugas di dalam dunia. Tugas yang telah mengubah dan menyelamatkan jiwa. Dia telah hadir dengan penuh dan utuh dalam
pengorbanan-Nya. Dan hidupnya penuh
dengan kualitas yang mengagumkan.
Kekristenan perlu belajar menaruh diri dalam kualitas hidup yang
sama. Penundukan diri dalam arti yang
seluas-luasnya memang menjadi berarti dan perlu diisi dalam semangat
keberimanan kita. Karena inilah kualitas hidup kekristenan yang perlu bersinar
dan mewarnai dunia ini. Mari terus
berbenah dan mengosongkan diri hari demi hari untuk kemuliaan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar