Luk 5:1-11
Genesaret dikenal
dengan dataran yang sangat menakjubkan; suara
ombaknya “merdu” seperti suara harpa, segala tumbuhan yang terhampar
digambarkan seperti rajanya kebun-kebun yang kaya akan keindahannya. Sejarawan
abad pertama Flavius Yosefus sangat terkesan dengan wilayah
ini sehingga ia menulis, "Orang dapat mengatakan tempat ini 'Ambisi
Alam'." Namun yang paling menarik dari seluruh kisah tentang Genesaret adalah
tentang kehadiran Yesus di sana. Ia
dikerumuni oleh orang banyak yang hendak mendengarkan firman Allah. Seakan keindahan wilayah Genesaret semakin
dipertambah dengan hadirnya Yesus dan orang banyak yang rindu memahami
kebenaran firman. Hal ini memberitahukan
kepada kita tentang perpaduan yang sangat agung antara keindahan alam dan manusia
yang haus akan firman serta kehadiran Sang Pencipta di tengah ciptaan-Nya. Dunia
ini terbuka luas untuk menjadi mimbar di tangan-Nya, tak ada yang bisa
membatasi kehadiran-Nya. Ia pergi ke
mana saja Ia mau dan melayani siapa saja
yang membuka teliga dan hati untuk mendengarkan-Nya. Di dalam rutinitas
perjalanan kehidupan yang dijalani para nelayan, tak ada yang pernah menyangka
bahwa Yesus akan hadir di tengah mereka. Mereka mengerumuni-Nya dan antusias mendengarkan
pengajaran-Nya. Mereka adalah nelayan, hidup sederhana dan tidak berpendidikan
tinggi. Mereka tidak berada, tidak
terpelajar dan hanyalah orang biasa. Namun Sang Firman yang menghidupkan itu
hadir di sana karena firman itu tidak hanya layak dinikmati oleh para elit
rohaniwan tetapi mereka yang ada di luar tembok “synagoge” pun berlayak
menerima berita sukacita dari surga itu. John Wesley berkata, “Aku mencintai ruang yang besar, sebuah bantal yang empuk dan mimbar
yang indah, tetapi khotbah-khotbah yang dilakukan di lapangan-lapangan
menyelamatkan jiwa.” Yesus melihat-lihat
tempat yang tepat untuk Dia mengajar orang banyak agar orang banyak bisa
melihat dan mendengar pengajaran-Nya lebih jelas dan efektif. Alkitab mencatat
bahwa dua perahu yang Yesus lihat, namun satu perahu yang dipilih-Nya, yaitu
perahu milik Simon.
Harus
kita sadari bahwa saat-saat tertentu Tuhan memang berbicara kepada banyak orang
sekaligus, tetapi ada saatnya juga Ia hanya berbicara kepada satu orang secara
khusus. Dalam bagian ini, setelah selesai
berbicara kepada orang banyak, maka Tuhan Yesus hanya berbicara secara khusus
kepada Simon
“bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk
menangkap ikan.” Dan Simon pun menjawab dengan jelas,"Guru, telah
sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa,…" Tak
mudah untuk Simon berkata, “Ya Tuhan saya siap menebarkan jala!” Sebab memang
mereka telah berusaha keras sepanjang malam namun tidak menghasilkan apa-apa,
ini tentu merupakan pengalaman yang
tidak menyenangkan. Permintaan Yesus seakan merupakan permintaan yang tak masuk
akal sekaligus mengingatkannya kepada pengalaman yang tidak menyenangkan sepanjang
malam itu. Tetapi Simon juga berkata, “…karena
Engkau yang menyuruhnya.” Di satu sisi
ada keraguan karena pengalaman pahit sepanjang malam tetapi di sisi lain ada
harapan baru karena Yesus yang menyuruhnya.
Bukankah terkadang iman kita acap kali diperhadapkan dengan dua hal ini;
yaitu pengalaman pahit atau pengalaman tidak menyenangkan yang membuat kita
ragu untuk melangkah namun pesan firman Tuhan yang begitu kuat menggugah hati
sehingga timbul sebuah pengharapan yang baru dan ingin segera untuk mencobanya
kembali. Simon belajar melepaskan diri
dari bayang-bayang malam itu dan melangkah maju mengikuti pimpinan Yesus untuk
masuk ke “tempat yang dalam” dengan penuh ketaatan. Di tempat yang dalam itu, Simon diajarkan
untuk keluar dari bayang-bayang kehidupan yang berpusat pada pengalaman, pengertian,
kemampuan, keinginan dan kehendak diri sendiri menjadi kehidupan yang berpusat
pada pimpinan dan kehendak Tuhan. Di sana Simon bukan hanya banyak menangkap
ikan tetapi Ia juga diajarkan untuk menangkap maksud dan rencana Tuhan dalam
hidupnya. Karena di tempat yang dalam
itulah ia dapat dengan jelas melihat siapa dirinya di hadapan Tuhan, sehingga
ia berkata, “"Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang
berdosa." Ia melihat diri sebagai manusia
yang hina dan berdosa. Di sana Ia
mengenal Yesus bukan hanya sekedar guru biasa tetapi Dia adalah Allah yang
sangat mulia. Juga di tempat dalam
inilah ia menemukan panggilan yang menjadikannya sebagai penjala manusia. Panggilan Allah dapat datang kepada seseorang,
bukan hanya di dalam rumah Allah, bukan juga di tempat rahasia, tetapi di
tengah-tengah pekerjaan sehari-hari.
Manusia yang hidup di dunia yang dipenuhi Allah tidak dapat melarikan
diri dari-Nya.
Simon dan
rekan-rekanya sudah merespon dengan tepat panggilan Yesus, mereka masuk ke
tempat yang dalam itu, meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Bagaimana
dengan kita sebagai orang percaya? Apakah kita sudah puas dengan rutinitas
kehidupan yang kita jalani atau kita merasa perlu untuk berbenah diri dan mau melangkah
maju kearah yang Tuhan mau? Menata langkah keimanan dikeseharian untuk kehidupan
rohani yang semakin hari semakin
bertumbuh dan mendalam di dalam dasar kebenaran firman Tuhan. Giat melayani dan memberi diri untuk dipakai
Tuhan seluas-luasnya bagi pelebaran kerajaan-Nya. Mulailah dari rumah Anda;
kasihi dan layani ayah, ibu, anak, istri, suami dan orangtua. Jadilah teladan
dan bekerjalah lebih baik lagi di kantor dan tempat pelayanan Anda. Mari jalani dan warnai tahun yang baru ini
dengan langkah iman dalam pimpinan Tuhan, bertolaklah ketempat yang dalam
seperti yang Tuhan kehendaki. Amin.
Komentar
Posting Komentar