Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan, dengan
kelicinan bibir ia menggodanya. Amsal 7:21
Godaan setan telah menelan banyak
korban. Paling tidak manusia memahami
bahwa godaan setan tidak selalu terlihat oleh kasat mata dan tidak selalu pahit
dalam rasa namun akibatnya pasti tak seindah yang didamba. Mata hati dan telinga rohani bisa menjadi
buta ketika tersihir olehnya. Tahta, harta dan cinta atas nama suka telah
merobohkan benteng pertahanan hidup dan harga diri seseorang. Mereka tak mampu melawan karena bujukannya
sangat halus dan menjanjikan, belum lagi ditambah kenikmatannya yang membuat
terbuai dalam alunan. “Nikmatnya godaan
setan”, seakan membuat manusia bisa berkata inilah kehidupan itu! Larangan memakai
narkotika, korupsi, kejahatan moral dan ketidakpercayaan kepada Tuhan Yesus
sebagai Juruselamat telah menjadi isu yang tak usah dibicarakan karena baginya
itu tak penting, yang penting bagaimana hidup memuaskan diri selagi masih ada
di bumi. Kita hanya perlu percaya pada
potensi diri, kecakapan dan prestasi. Tak
perlu bingung dengan ajaran yang salah karena telah menjadi hal yang lumrah, dan
tak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Hati nurani menjadi lemah seakan denyut nadi rohani telah mati. Kita hanya perlu saling mengasihi, memahami
dan kompromi. Slogannya adalah agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah
agamaku. Berteologi tak usah telalu dogmatis dan kritis yang penting praktis
dan sosialis. Oh, betapa nikmat godaan setan.
Manusia telah kalah dengan rayu
dan bujukan sang malaikat tua itu, mulai dari taman Eden itu Hawa tergoda dan
jatuh. Bibirnya terlalu lihai untuk
membuat manusia tergelincir dan tergoda, maklum usianya telah hampir sama
dengan usia dunia. Tak ada yang baru
baginya, hanya perlu bumbu-bumbu untuk setiap masa yang ada. Warnanya terlihat berbeda tetapi dapat
dipastikan tujuannya pasti sama agar manusia dapat dikuasainya dan melawan sang
pencipta. Namun yang paling empuk
sasarannya adalah anak muda yang konon katanya penuh dengan pencarian dan belum
paham apa-apa, termasuk mereka yang tak suka belajar kebenaran itu. Rasukan goda setan semakin mudah bila mereka
hanya berjubah imam namun tak pernah berlakuan demikian. Kepiawaiannya adalah
menggoda sesuai dengan selera. Bisa
melalui musik, bisa melalui life style dan bisa melalui warna rohani yang ada
di gereja. Tak sulit baginya untuk
melalang buana. Pendeta pun tak jarang menjadi sasarannya. Mulutnya manis tapi
akhirnya sadis hingga seseorang menangis tak habis-habis. Semua bisa
dikerjakannya. Dan semua orang bisa
disentuh olehnya termasuk mereka yang mengaku diri sebagai orang percaya. Ia bisa masuk ke dalam rumah tangga, gereja,
sekolah, kampus dan semua tempat yang ada dan berbagai media bisa digunakannya
tetapi sasarannya hanya satu, yaitu hati manusia. Hati manusia menjadi sasaran
yang empuk.
Nikmatnya godaan, itulah yang
dikatakan oleh seseorang yang telah dipengaruhi setan. Mereka bertindak membabi buta dan menggila,
tak sedikit juga bangga karena membunuh dan menganiaya atas nama agama. Baginya itu adalah sebuah jihat agar masuk
surga karena di sana ada pahala. Sungguh miris dan menangis rasanya tapi mereka
justru bangga, tertawa dan menepuk dada.
Kepuasaannya justru ada di sana.
Agama yang harusnya membawa manusia hidup bijaksana di hadapan sesama
dan sang kuasa, kini justru ternoda karena ambisi dan kosongnya logika mereka. Itukah hidup manusia yang beragama, para
penonton di luar sana geleng-geleng kepala rasanya memang tak masuk logika, dan
mula-mula mereka bertanya, “Itukah ciri hidup orang beragama? Dalam hatinya sungguh
malang mereka, beragama tetapi hatinya berbalut noda, lebih baik aku yang tak
mengenal agama tetapi hidup baik kepada sesama.” Oh, semakin nikmatnya godaan itu, melanda
hidup mereka yang ber-Tuhan dan tanpa Tuhan dengan mengandalkan kebajikan
mereka bisa berbangga dan merasa lebih layak masuk surga. Namun bukankah seseorang diselamatkan hanya
karena iman, bukan karena kebajikan yang mereka lakukan? Bila orang diselamatkan karena kebajikan maka
terlalu kasian mereka yang miskin atau terlambat menyadari bahwa mereka perlu
berbuat bajik. Yesus dengan segera
berkata bahwa orang yang disalib bersama diri-Nya belum pernah melakukan
kebajikan sedikit pun tetapi ia justru mendapat tempat bersama-Nya di
Firdaus. Keselamatan adalah usaha Allah
mencari manusia. Sebab Ia mencari dan
menyelamatkan yang hilang.
Namun kitab amsal dengan peluru
yang tanjam mengukir hati manusia dengan hikmatnya. Memang mereka sangat menikmati bujuk rayu dan
godaan setan namun awas itu hanya sesaat saja karena banyak orang yang gugur
ditewaskannya, dan jumlah mereka sangat banyak.
Untuk sesaat mereka bisa tertawa dan menikmati dunia namun jalan yang
menuju ke ruang-ruang maut telah ada di depan mata. Ah, nikmatnya godaan ternyata hanya tipu daya
belaka. Bila tidak segera berbalik dan
percaya pada Dia maka akan pasti menikmati hina, derita, air mata dan binasa
selamanya. Nikmatnya dosa itu semboyan
setan, namun orang berhikmat akan memilih jalan kebenaran dan mengikuti
kehendak Tuhan.

Komentar
Posting Komentar