Serahkanlah
hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan
bertindak. Mazmur 37:5
Kata penyerahan memang
tak menyenangkan karena seakan kita dikondisikan dalam keadaan yang lemah dan
pasrah serta berkonotasi negatif. Namun dalam konteks ini bukan demikian,
berserah mengandung arti bahwa kita dengan sengaja dan dengan penuh kesadaran
dan kerendahan hati menaruh diri dalam kekuatan tangan-Nya, bukan hanya pada
saat kita lemah dan tidak berdaya namun saat kita seakan terlihat kuat
sekalipun kita perlu bersandar teguh pada-Nya.
Sebab Dialah sumber kekuatan hidup kita.
Di dalamnya kita memiliki nafas hidup, sukacita dan kegirangan serta
pimpinan yang sempurna. Bersama dengan
Tuhan kita dimampukan untuk berani menghadapi setiap situasi hidup. Naik dan turunnya kehidupan bukan suatu
hambatan sebab Tuhan berjalan di depan dan memimpin kita. C.S. Lewis dalam Chronicles of Narnia
menggambarkan Allah sebagai singa yang luar biasa baik dan agung, tetapi memang
di sisi lain tentu saja tidak selalu terlihat aman dan menyenangkan. Dengan menyerahkan hidup anda kepada Allah
tentu merupakan suatu langkah yang paling berani dan penuh dengan resiko. Namun dengan menyerahkan diri penuh
kepada-Nya berarti anda memilih keluar dari jalanmu sendiri dan mengambil
jalan-Nya itu. Yang pasti di dalamnya
anda akan banyak mengenal Dia lebih dalam lagi dan berpartisipasi dalam
kehendak-Nya.
Tantangan dalam
penyerahan diri biasanya karena kita telah mempunyai kerajaan pribadi yang
begitu kokoh kita bangun sehingga sulit untuk membiarkan Allah mendirikan
kerajaan-Nya dalam kehidupan kita. Gary Thomas berkata, "Halangan terbesar
dalam penyerahan diri kita bukanlah keinginan dan hasrat yang sulit
dikendalikan melainkan kecanduang kita untuk mengendalikan hidup kita sendiri.”
Memang terasa lebih menyenangkan untuk kita mengendalikan hidup sesuai dengan
selera kita sendiri ketimbang dari membiarkan orang lain yang mengaturnya. Rasa mengasihani diri sendiri menjadi musuh
yang paling kuat di dalam diri saat secara perlahan-lahan ketidaknyamanan atau
kesulitan menghampiri kehidupannya. Saat
tidak dipedulikan betapa sakit rasanya, seakan ingin berteriak dengan kemarahan
yang mendalam. Memang kedagingan dan
kerajaan pribadi lebih senang bila keinginan dan kenyamanan bertumbuh dengan
subur. Keinginan untuk dimengerti,
dihormati, diakui, ditinggikan, dipuji, dihargai, diperhatikan, dilayani,
dikagumi, didengarkan, dicintai, dan dipuja.
Namun bila semuanya dibongkar dan dikeluarkan maka rasa nyaman kita
pasti sangat terganggu, tapi pembongkaran itu memang diperlukan, karena kalau
tidak demikian maka kitalah yang akan menjadi tuan atas diri sendiri.
Alkitab menegaskan bahwa
semakin kita mengenali kasih Yesus yang telah membayar harga bagi kita untuk masuk dalam kerajaan-Nya,
maka kita akan semakin merasa berada di rumah bersama dengan Dia. Dan saat kita membiarkan-Nya menetap di dalam
kehidupan kita maka pandangan mata rohani kita akan semakin meningkat, mampu
membedakan mana kehendak Allah, yang baik dan yang berkenan kepada-Nya. Kita pun semakin rela untuk membiarkan Dia
melakukan pembaharuan dalam diri kita untuk membuat kita semakin serupa dengan Dia.
Kita semakin lama semakin bertumbuh dalam kemampuan kita sebagai murid dan
menjadikan penyerahan diri sebagai respon yang alami. Penyerahan diri secara sukarela adalah
kuncinya. Di dalam kehidupan berumah
tangga penyerahan diri bisa terwujud dalam bentuk penyangkalan diri, dimana
kedua pasangan perlu melawan keangkuhan dan keegoisan karena tanpa kemampuan
untuk melawannya maka bisa timbul pertengkaran (Amsal 13:10). Ketika perasaan disakiti dan tidak dihormati
oleh pasangan biasanya kecenderungan tergoda untuk marah namun biasanya
kesabaran akan membuatnya akan lebih baik dan menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar