"Bukan
karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati
TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil
dari segala bangsa? -- tetapi
karena TUHAN mengasihi kamu
dan memegang sumpah-Nya yang
telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu.” Ulangan 7:7-8a
Ketika kita berbicara
tentang gereja maka banyak hal yang langsung menjadi perhatian dan permbicaraan
kita. Namun ketika berbicara lebih dalam
menyoroti tentang gereja maka perhatian kita tentu tertuju pada satu hal apakah
gereja ini sebetulnya hidup atau mati? Saya
dilahirkan dari keluarga Kristen dan bahkan orang tua saya dalah hamba Tuhan di
gereja lokal di daerah kalimantan barat. Sebagai seorang Kristen apalagi anak
hamba Tuhan, menyebut kata gereja dan pergi pulang dari gereja tentu sudah
tidak asing lagi. Namun sebetulnya
gereja yang dimaksud tentu bukan hanya sekedar gedungnya saja tetapi menyangkut
orang-orang percaya yang berada di dalamnya.
Apakah kebangaan kita sebagai gereja? Apakah gedungnya, pengajarannya,
jumlahnya, keuangannya dan fasilitas di dalamnya? Dalam realita tentu tak mudah
dielakan lagi bahwa semuanya itu bisa menjadi sumber penggoda bagi gereja namun
sejatinya semua itu sebetulnya adalah kulit dan bagian tambahan saja yang
membuat gereja menjadi hidup.
Ulangan7:7-8a,
memberitahukan kepada kita bahwa hati Tuhan tergerak bukan karena gereja itu besar
atau kecil tetapi karena Tuhan memegang sumpah dan perjanjian yang telah Ia
ikrarkan bahwa tangan-Nya akan selalu menuntun umat-Nya. Jadi, yang membuat gereja itu hidup adalah
karena tangan Allah berkerja di dalam hidup orang percaya. Apakah Allah harus mengerjakannya? Tentu saja
tidak, namun kalau Ia mau melakukannya itu karena keinginan dan kehendak serta
kerelaan-Nya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatur-Nya. Namun yang amat sangat penting bahwa gereja
tanpa Allah di dalam-Nya mati adanya. Namun yang paling menarik apa yang gereja
kejar sekarang ini? Harus di akui gereja mencari kesenangannya
sendiri-sendiri. Kita memang sudah sesat
seperti domba yang masing-masing mencari jalan sendiri-sendiri.
Tampaknya kita beribadah,
namun ibadah yang kita lakukan tidak lebih daripada usaha manusia untuk
menyenangkan diri sendiri. Allah tidak menjadi fokusnya, karena yang menjadi
fokus adalah pujian-pujian penyembah, pengkhotbah yang fasih berbicara dan yang
banyak humornya ketimbang membahas firman Tuhan. Suasana ibadah yang nyaman dan kalau bisa
hanya sekedar datang dan pulang dari gereja itu sudah cukup. Padahal gereja yang hidup tidak sekedar
datang, duduk, diam dan pulang tetapi gereja yang hidup adalah gereja yang
beribadah dan meninggikan tentang keberhargaan Allah. Itu sebab gereja di kisah para rasul mereka
sangat serius mempelajari pengajaran rasul-rasul agar hidup dan pengajaran
mereka tidak menyimpang dari apa yang Allah kehendaki. Selain itu, mereka sangat peduli kepada yang
lain. Mereka tidak pernah menganggap
diri mereka yang paling utama, semua orang sama penting adanya. Ini sisi penting yang perlu kita perhatikan
karena pada masa sekarang ini tiap orang merasa dirinya sebagai yang paling
penting dan utama. Yesus mengatakan
bahwa siapa yang mau menjadi utama harus menjadi pelayan artinya yang membuat
kita menjadi utama adalah tindakan aktif dan kepedulian satu sama lain. Dan gereja yang hidup adalah gereja yang
bersaksi tentang kasih Kristus yang telah kita terima. Menyampaikan kesaksian
kepada orang yang belum percaya adalah menjadi bagian yang sangat perlu
dilakukan. Ketika kita telah menerima sukacita didalam Kristus tentu kita ingin
membagikannya kepada mereka yang belum percaya agar mereka menikmati kehidupan
yang baru.

Komentar
Posting Komentar