Memahami hidup tentu tidak sederhana, setiap rangkaian perjalanan mengandung makna yang istimewa namun kadang tak mudah langsung dipahami. Dalam suka dan duka awalnya seseorang tak paham muaranya ada dimana. Namun setiap langkah memberi arti penting yang memimpin seseorang untuk bergerak dari momentum yang satu ke momentum yang lain untuk menemukan tujuan yang sesungguhnya. Itulah yang terjadi pada bapak orang beriman, yakni Yakub. Dari peristiwa menipu ayahnya, sampai pada kemarahan Esau padanya karena hak kesulungannya dirampas, berada di rumah Laban (pamanya) hingga menikahi Lea dan Rahel dan mendapatkan banyak anak namun dari semuanya Yusuf dan Benyaminlah yang paling dikasihinya karena lahir dari istri yang dicintainya. Tidak berhenti disitu, peristiwa yang tak mudah dialaminya saat Yusuf dinyatakan telah dimakan binatang buas hingga dalam ketidakpastian dan putus asa, akhirnya ia berjumpa dengan Yusuf di Mesir. Tidak di sangka ternyata anaknya Yusuf masih hidup dan kini ia telah menjadi orang kedua di Mesir dan yang dalam ketetapan Tuhan menjadi pemelihara atasnya dan semua keluarganya. Itu sebab diakhir hidupnya Yakub merasa tenang dan bahagia, ia bukan hanya tidak kehilangan Yusuf tetapi ia bisa melihat cucu, Efraim dan Manasye. Bebannya bukan hanya terlepas tapi kini ia bisa menghirup udara bebas. Hatinya lega meski usianya tak lagi muda. Disisi lain tubuhnya memang sudah lemah tapi imannya makin kuat. Waktu muda hatinya terbakar oleh keinginan untuk mendapatkan hak kesulungan tapi kini pikirannya makin bijaksana sehingga mumpung masih ada kesempatan, maka ia tidak melewatkan kesempatan untuk menumpangkan tangannya atas cucu-cucunya. Karena memang "berkat" itu ada ditangannya. Sebagai "pemilik" berkat ia sangat berhak untuk memberikan berkat itu kepada siapa ia mau berikan. Jadi kisah yang diangkat dalam kejadin 48, ini adalah merupakan kisah yang sangat istimewa.
Yakub bukan hanya bersyukur atas pemeliharaan Tuhan tetapi ia bersukacita atas kebaikan-Nya sehingga dalam pernyataan imannya dia bisa mengungkapkan suatu hal yang penting bahwa disetiap jalan hidupnya senang dan pahit itu, "Allah itu, Allah yang telah menjadi gembalaku." (Kej. 48:15). Gembala yang memeliharanya hingga sekarang dan gembala yang telah melepaskannya dari segala bahaya. Terkadang banyak orang kristen yang merasakan pertolongan Tuhan yang besar dan ajaib namun mereka tidak pernah menyatakan dengan mulutnya tetang siapa Tuhan yang mereka percaya. Namun tidak demikian dengan Yakub, pada titik yang penting ini ia mampu berkata secara lantang tentang Tuhan yang ia percaya, yaitu Ia adalah gembalanya. Yang terakhir di dalam Kej. 48:19, ketika Yakub menyilangkan tangannya, tangan kanan di atas kepala Efraim dan tangan kiri di kepala Manasye, hal itu dianggap salah oleh Yusuf sehingga Yusuf berusaha untuk membetulkannya tetapi dengan tegas ia berkata, bahwa apa yang ia lakukan tidak saya, "Aku tahu, anakku, aku tahu,.." hal ini menjadi kata kunci yang penuh arti bahwa hal yang dilakukannya secara total dilakukan di atas kesadaran penuh, pemahaman dan pengetahuannya. Kini ia sangat yakin bahwa apa yang ia lakukan tidak salah. Dan ia sadar penuh dengan apa yang dia lakukan. Ternyata seiring dengan perjalanan hidup seseorang, ia dibimbing Tuhan untuk lebih baik dan untuk melakukan sesuatu dengan tepat meski sudah lanjut usia. Banyak orang baik diawal tetapi berakhir dengan sedih diujung tetapi Yakub sebaliknya, ia mengalami buruk di awal tetapi mengalami perubahan dengan penuh kebijaksaan di akhir. Kiranya hidup kita terus di tata dengan baik dan benar sehingga Allah dipermuliakan melaluinya.

Komentar
Posting Komentar