Langsung ke konten utama

Merasa tidak Berlayak

Dalam kalimat yang Yohanes ucapkan tentang Kristus maka ada satu kalimat yang sangat menarik bahwa "membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak" (Yoh. 1:27).  Kalimat ini tentu mengganggu kita kenapa Yohanes merasa tidak berlayak di hadapan Yesus. Karena Yohanes tahu betul bahwa Yesus Kristus adalah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia (1:29). Mengenal siapa Yesus dan siapa dirinya tentu membuat Yohanes bisa menempatkan diri pada posisi yang tepat.  Meski dia adalah seorang rasul atau nabi yang hadir dengan kuasa dan keberanian yang luar biasa di era Perjanjian Baru namun hatinya tetap tertunduk ketika menatap pada Kristus. Semua yang mulia tentang dirinya berkaitan dengan kehebatan dan keberanian menjadi tidak ada apa-apa karena dirinya adalah seorang hamba.  Hamba yang tidak berlayak dan memandang Kristus sebagai Pribadi yang harus menjadi titik pusat perhatian dalam kehidupan umat manusia.

Dalam refleksi terhadap bagian ini maka saya mulai melihat ada satu kebenaran yang tak boleh kita lupa bahwa kita adalah seorang hamba yang harus selalu merasa "tidak berlayak."  Bukan hanya pada bagian yang besar saja dalam pekerjaan Tuhan namun dalam hal terkecil sekalipun kalau pun aku bisa melayani-Nya itu semata karena dilayakan saja serta diperkenan-Nya.  Jangan sampai semakin kita melayani Tuhan, semakin kita merasa berlayak dan pantas sehingga kita semakin terlihat luar biasa dan Tuhan terlihat "tidak ada apa-apannya."  Tidak heran kemudian ada orang yang menepuk dada dan merasa kalau semuanya bisa menjadi begini dan begitu itu karena saya.  Wah kalau itu yang terjadi maka sebetulnya kita sudah kehilangan makna sebagai seorang hamba.  Yohanes merasa dirinya tidak layak bukan karena dia tidak hebat tetapi karena dia hanyalah seorang hamba.  Hamba yang hanya tunduk pada Tuannya, kalau tuannya.  Meskipun pekerjaan membuka tali kasut adalah pekerjaan yang remeh dan hina tetapi bukan berarti dia boleh semaunya memperlakukan Tuannya sedemikian rupa.  Tuan tetaplah sebagai Tuan yang berada pada posisi dan keberadaannya yang harus dihormati dan dilayani sebagai mana mestinya. 

Pada bagian ini kita hendaknya belajar melihat si aku dan si DIA.  si aku adalah hambanya si DIA.  Apa yang aku perbuat dengan suatu totalitas untuk kesenangan DIA saja. Aku adalah alat saja dan DIA adalah Tuan kita.  Aku tidak berlayak karena aku adalah seorang hamba dan kalau pun aku dilayakan itu karena kerelaan kasih-Nya bagi saya.  Itu sebab kita harus selalu berlajar menjalani kehidupan mulai dari titik bahwa aku tidak berlayak, karena Dialah yang lebih berlayak untuk dipermuliakan dan diperlakukan sebagaimana mestinya. Menurut saya kalau kita sudah merasa sangat berlayak sehingga boleh mengatur ini dan itu sesuka kita dalam pelayanan mungkin ini bisa menjadi sesuatu yang sangat berbahaya dan perlu berhati-hati.  Jangan sampai terjadi suatu kekacaun di dalam pelayanan terjadi hanya karena ego kita.  Kiranya sikap Yohanes menolong kita untuk menjadi bijak sebagai seorang hamba Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melayani sesuai dengan Karunia

Jika karunia untuk melayani , baiklah kita melayani ; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasehati, baiklah kita menasehati. Roma 12:7,8 Karunia adalah suatu anugerah khusus yang diberikan oleh Allah kepada para pengikut Kristus untuk membangun Jemaat-Nya sehingga mereka boleh menikmati kehidupan yang penuh sukacita, damai sejahtera, serta dapat melakukan peribadatan yang benar kepada Allah dan dapat bertumbuh melaluinya. Di dalam 1 Korintus 12, kita dapat menemukan macam-macam karunia yang Tuhan anugerahkan kepada orang percaya.  Karunia bukanlah menjadi ajang untuk pertunjukan atau ajang pamer kemampuan rohani, tetapi menjadi kesempatan untuk orang percaya memberitakan tentang kemurahan Allah dan kasih-Nya kepada sesama orang percaya dan kepada mereka yang belum percaya. Kita sadar bahwa masing-masing orang memiliki karunia yang berbeda-beda, karena itu sangatlah baik kalau perbedaan karunia menjadi kesempatan untuk saling memperlangkap...

Kepenuhan Hidup dalam Kristus

Kata kunci yang sangat penting bagi seorang Kristen adalah apakah ia telah penuh hidup dalam Kristus.  Penuh berarti mengalami secara pribadi, secara total dan berjumpa dengan-Nya secara utuh.  Menjadi Kristen tentu tidak sama dengan beragama Kristen, orang beragama Kristen belum tentu mengalami Tuhan dan berjumpa dengan-Nya secara Pribadi tetapi menjadi Kristen dalam arti sesungguhnya harusnya menghantarkan seseorang untuk tahu persis apa yang dimaksud dengan Kristen sejati.  Dan Paulus dalam Kitab Kolose 2:6-7 dengan tegas mengatakan bahwa sebagai seorang pengikut Kristus maka kamu harusnya telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Penerimaan itu mendatangkan aspek-aspek yang sangat penting yaitu, bahwa seseorang itu menaruh hidupnya untuk tetap di dalam Dia.  Kata tetap artinya tidak bergeser, tidak berubah dan tidak pernah menyerah. Ketetapan yang kuat dan keputusan yang bulat tentunya karena pertolongan Roh Kuduslah yang memampukan untuk seseorang tetap di dala...

Anak Panah di Tangan Pahlawan

Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan,  demikianlah anak-anak pada masa muda. Mazmur 127:4 Pada hari ini saya membaca sebuah buku yang sangat bagus yang berjudul, Pelajaran dari Ayah ditulis dan dikumpulkan oleh Joan Aho Ryan.  Pada halaman 27 dia mengutip kata-kata Will Rogers Jr., yang berbunyi " Warisan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau harta milik, tetapi harta karun yang tak terucapkan, harta karun teladannya sebagai seorang pria dan seorang ayah.  Lebih dari apa pun yang kumiliki, aku berusaha mewariskan itu kepada anak-anakku."     Pahlawan yang sudah mahir memanah tidak akan pernah salah membidik sasarannya.  Anak panah adalah andalan bagi seorang pahlawan. Seorang pahlawan tidak pernah salah memperlakukan anak panah yang dia punyai, ia akan menaruhnya dalam tabung panah dengan baik dan mempergunakannya tepat pada waktunya.  Berbicara tentang anak, bukan hanya berbicara tentang pribadi yang lucu saat ia di...