Menjadi suatu proyek yang sangat penting bagi orang Kristen untuk melakukan dan mengalami pembaharuan budi di dalam dirinya sebagai orang yang percaya kepada Kristus sehingga terus bertumbuh dan dibagun di atas dia dengan kokoh. Roma 12:2, menegaskan bahwa kita hidup, "Jangan menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Suatu kali ada seorang anak laki-laki berusaha untuk membuka kuncup bunga. Dengan sangat hati-hati ia memegang bunga itu, tetapi akhirnya kelopak-kelopak bunga itu malah hancur di tangannya. Dengan merasa sangat jengkel, ia memandang ibunya dan bertanya, "Mengapa kuncup bunga ini hancur ketika aku mencoba untuk membukanya?" Terkejut oleh kedalaman pertanyaan anaknya, sang ibu menjadi terdiam. Kemudian anak laki-laki itu berseru "Oh, saya tahu! Waktu Allah membuka bunga ini, ia membukanya dari dalam."
Cerita di atas sebetulnya mengisahkan kepada kita tentang bertapa seringnya kita ingin cepat-cepat melihat sesuatu berubah, meskipun hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang salah. Godaan dan tekanan untuk hidup menyerupai dunia menjadi sangat mudah menyebar di tengah-tengah masyarakat kita. Televisi, radio dan majalah membombardir kita dengan iklan-iklan yang mendorong untuk ikut dalam gaya hidup dunia ini. Kita bahkan terus menerus diingatkan bahwa kita tidak akan bernilai jika kita tidak ikut mengendarai mobil yang mewah, memiliki barang-barang elektronik yang baru, atau menggunakan pakaian yang bermerek. Dan iklan dari perusahan investasi mengklaim bahwa, "kualitas hidup kita bergantung dari kualitas investasi." Bahkan dunia spiritual pun dengan sangat halus menyakinkan kita bahwa gereja-gereja yang paling baik dan diberkati oleh Tuhan adalah gereja yang memiliki gedung yang besar, anggota yang banyak serta peralatan yang wah dan mewah. Sehingga tak heran gereja seperti itu menjadi seakan-akan penuh dengan pengunjung dan meraup pundi-pundi.
Bila terjadi yang sebaliknya, maka sebagai hasilnya maka seseorang menjadi rendah diri, iri hati, dan kehilangan makna yang sebenarnya tentang suatu nilai kekristenan. Kita berpikir bahwa hidup kita akan bermakna dan diberkati bila memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain. Atau setidaknya kita bisa menikmati apa yang kita inginkan. Remaja-remaja khususnya menjadi sasaran utama dari prinsip yang demikian. Godaan untuk ikut dunia sekitar agar diterima, agar terlihat gaul dan agar tidak terlihat norak dari dunia maka mereka memilih untuk masuk dalam gaya dunia ini. Mencontek, membolos sekolah, minum-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang, seks bebas bahkan terlibat dalam aksi kekerasan serta tawuran seakan menjadi bagian yang dapat diterima sebagai gaya hidup yang benar.
Dalam hal ini kita sebagai satu anggota tubuh Kristus harus menolong anak-anak remaja dan membawa mereka pada iman yang benar dan membungkus mereka dengan keyakinan iman yang kuat sehingga mereka menemukan nilai diri yang sebenarnya menurut standar firman Tuhan itu. Karena hal itulah maka Paulus menegaskan agar setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus untuk tidak ikut atau terlibat serta ambil bagian menjadi serupa dengan dunia ini. Penegasan itu sebetulnya mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh mengabdopsi nilai-nilai dunia disekeliling kita yang bertentangan dengan firman Tuhan. Bahkan J.B Philips mengatakan bahwa kita "jangan membiarkan dunia disekeliling kita menjejal kita dengan cetakannya."
Namun menurut Vernon Grounds, "Mendekatkan diri kepada Kristus membuat kita semakin serupa dengan-Nya." Kita bukan hanya diminta untuk jangan menjadi serupa dengan dunia ini namun kita harus menjadi serupa dengan Kristus. Sebagaimana adanya Dia, maka kita harus menjadi seperti yang diinginkan hati-Nya. Mengarahkan diri pada-Nya. Dan berlari pada tujuan yang semestinya. Dalam hal ini, Rick Warren mengatakan bahwa "salah satu tujuan hidup orang percaya adalah diciptakan untuk menjadi serupa dengan-Nya." Berkaitan dengan hal tersebut Charles R. Swindoll dalam bukunya: " So, You Want to Be Like Christ?" mengatakan "Yang membedakan kekristenan dengan kepercayaan lainnya ialah tujuannya yaitu menjadi serupa dengan Kristus. Sehingga kesalehan dalam konteks kristiani bukan sekedar moralis, bukan hanya ibadah secara lahiriah, bukan hanya konsep tentang Allah, bukan juga tentang kebajikan ataupun idealisme melainkan hidup yang berakar pada Kristus. Ketika kita menghidupi kehidupan di dalam Kristus maka seperti yang Rick Warren ungkapkan, harusnya sasaran utama kita adalah Allah. God is everythings dan hidup kita diperbaharui terus menerus untuk kesenangan Dia saja.
Komentar
Posting Komentar