Ketika kamera disetel sedemikian rupa, maka sebenarnya ada satu titik yang menjadi fokus utama dari semua pemandangan yang ada. Demikian juga dengan peristiwa yang terjadi di Mesir, dengan berulang-ulang tulah di alami orang Mesir maka kita bisa melihat satu titik fokus yang sangat jelas tentang sifat Allah yang tak bisa digeserkan. Tulah yang kesepuluh menjadi peristiwa puncak dan tak terhindarkan. Itu sebab pesan ini disampaikan dengan jelas dan tegas bahwa Allah akan membunuh seluruh anak sulung orang mesir mulai dari anak sulung manusia sampai anak sulung hewan, mulai dari anak sulung Firaun sampai anak sulung budak perempuan yang paling bawah. Tuhan menyapu bersih Mesir dengan tulah yang sangat menyedihkan.
Saat kita membaca Keluaran 11:1-10, maka kita menemukan bagian-bagian yang sangat di dalamnya. Dalam firman-Nya kepada Musa bahwa Ia akan mendatangkan satu lagi tulah, satu lagi bukan menunjukkan pada suatu keadaan di mana Allah hanya punya satu tulah itu saja sehingga Dia tidak lagi sanggup untuk menambah tulah itu lebih banyak lagi. Namun satu ini adalah satu yang menjadi kegenapan mujizat yang akan dilakukan di tanah Mesir. Akan menjadi satu peristiwa puncak yang belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi. Siapa yang mendatangkan tulah itu? Maka jelas tangan Tuhanlah yang melakukannya. Kepada siapa tulah itu terjadi? Kepada Firaun dan Mesir. Jadi dalam hal ini siapa, apa dan kepada siapa? Itu sangat jelas! Setelah itu dikatakan Firaun akan benar-benar membiarkan mereka pergi dan bahkan dengan suatu kalimat tambahan bukan hanya dibiarkan tetapi diusir dengan paksa dan permohonan yang sungguh-sungguh. Peristiwa ini tentu sangat aneh, dulu Firaun tidak mau membiarkan bangsa itu pergi tetapi kini mendesak mereka. Namun dibalik desakan Firaun tentu karena Tuhanlah sebetulnya yang membawa bangsa itu keluar dari tanah Mesir. Itu sebab kalau bukan Tuhan tidak mungkin bangsa itu dibiarkan Firaun untuk keluar dari sana. Mereka tidak hanya keluar, tetapi sebagai budak mereka justru menerima "hak" yang merupakan hak seorang budak, yaitu mendapatkan suatu "upah" sehingga ketika laki-laki dan perempuan dari orang Israel meminta Emas, Perak dan kain-kain maka mereka memberikannya dengan murah hati, bukan dengan suatu paksa atau rampasan. Alasan mereka bisa bermurah hati jelas bahwa karena Allah yang membuatnya dan karena Musa di pandang pegawai-pegawai Firaun serta rakyat Mesir sebagai orang yang terhomat.
Alkitab mengisahkan bahwa Allah akan mendatangi Mesir, berjalan pada waktu tengah malam dari tengah-tengah bangsa itu. Tidak disampaikan secara detil tentang kapan peristiwa itu akan terjadi namun ada pesan yang menjadi petunjuk, yaitu bahwa pada waktu tengah malam, Tuhan akan berjalan di tengah Mesir. Di tengah menunjukkan bahwa Dia tidak diam-diam, tetapi sungguh hadir dalam kegagahan dan kemahakuasaan-Nya sehingga tidak ada satu bagian pun yang luput dari tangan-Nya. Sehingga ada seruan yang hebat dan tangisan yang luar biasa terjadi di tanah Mesir, tak terkecuali semua keluarga berdukacita. Ketika satu keluarga berdukacita yang biasanya mereka datang dan menghibur, namun kini tak ada pun seoorang bisa menghibur yang lain karena semua mengalami suatu hal yang sama. Ini merupakan suatu pukulan yang terberat dalam hidup sehingga dikatakan peristiwa ini menjadi suatu momentum bahwa belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi. Allah terkadang cukup bekerja satu kali saja lalu final, tidak terulang, cukup satu kali untuk selamanya. Itu sebab ketika suatu peristiwa dan kesempatan datang jangan pernah menunda-nunda dan mengeraskan hati. Namun ada suatu pembeda yang jelas bahwa orang yang diperkenan Tuhan dipelihara dan dijaga-Nya namun mereka yang mengeraskan hati-Nya akan dipukul-Nya dengan tangan-Nya. Seekor anjing bukan hanya tidak menggigit namun tidak dibiarkan-Nya menggonggong, tentu ini perbedaan yang sangat jelas. Orang Mesir menangis tersedu-sedu tetapi orang Israel bukan hanya tidak menangis tetapi mereka dalam keadaan yang tenang bahkan suara anjing pun tidak terdengar.
Bahkan suatu peristiwa yang terbalik akan terjadi, pegawai-pegawainya yang tadinya sujud sembah kepada Firaun tetapi kini sujud sembah dengan permohonan, dan desakkan memohon agar Musa dan orang Israel segera keluar dari tanah Mesir. Menurut catatan beberapa versi terjemahan Alkitab maka sebetulnya bukan hanya sekedar meminta dengan sungguh untuk pergi, namun dengan sangat takut pegawai-pegawai itu meminta agar mereka pergi secepat mungkin supaya peristiwa itu tidak memimpa semua orang Mesir. Musa meninggalkan Firaun dengan suatu kemarahan bukan karena membenci atau marah yang tak terkontrol. Karena pada bagian kitab lain di dalam Alkitab berkata bahwa Musa adalah orang yang lemah lembut. Selain Musa tentu kita mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Pribadi yang lemah lembut dan rendah hati. Lemah lembut dan rendah hati tidak bisa dianggapkan sebagai orang yang tidak marah karena ternyata keduanya pernah marah bahkan dalam marah yang luar biasa. Bayangan kita pada umumnya, orang baik, seorang pengkhotbah yang benar, seorang yang diurapi dan dipakai Tuhan tidak pernah dan tidak boleh
marah. Dalam hal ini kita menjadi terkejut karena Musa marah dengan marah yang menyala-nyala, marah yang mendidih, marah yang betul-betul meledak. Mengapa ia bisa marah yang demikian, ternyata karena pesan yang dibawanya bukanlah suatu pesan yang main-main, sebetulnya Musa tidak perlu marah karena bukan mereka yang mengalaminya tetapi karena kasihnya kepada Firaun dan Mesir maka Musa melihat Firaun begitu kepada batu. Firaun tidak tahu resiko yang hebat akan terjadi, kalau saja ia mau mendengar ini akan mungkin mengubah situasi itu. Marah Musa adalah marah yang suci, dia sungguh menyayangi bangsa itu.
marah. Dalam hal ini kita menjadi terkejut karena Musa marah dengan marah yang menyala-nyala, marah yang mendidih, marah yang betul-betul meledak. Mengapa ia bisa marah yang demikian, ternyata karena pesan yang dibawanya bukanlah suatu pesan yang main-main, sebetulnya Musa tidak perlu marah karena bukan mereka yang mengalaminya tetapi karena kasihnya kepada Firaun dan Mesir maka Musa melihat Firaun begitu kepada batu. Firaun tidak tahu resiko yang hebat akan terjadi, kalau saja ia mau mendengar ini akan mungkin mengubah situasi itu. Marah Musa adalah marah yang suci, dia sungguh menyayangi bangsa itu.
Firaun bukan hanya mengeraskan hati namun ia bahkan menentang kemahakuasaan Tuhan. Versi terjemahan lain berkata bahwa Firaun seakan menentang Tuhan, "kalau memang Ia sanggup melakukan yang demikian maka aku akan memberikan kesempatan itu kepada-Nya." Firaun tidak sadar bahwa dewa-dewa Mesir saja ditumbangkan-Nya, apalagi anak sulung itu. Mujizat-mujizat yang banyak yang penuh, yang dikerjakan oleh Musa dan Harun tidak membuat Firaun mau mendengarkan. Firaun tidak hanya keras hati namun dia menjadi bertambah keras hati. Meski semua mujizat sudah dilakukan di depan matanya. Hal ini tentu sangat menarik, ternyata Musa dan Harun telah "menyelesaikan tugas mereka" dulu Musa merasa tidak bisa berbicara namun tak terasa dia dipakai-Nya sampai suatu keadaan segalanya sudah dilakukan. Artinya tanggungjawabnya final. Menurut saya inilah kesuksesan hamba Tuhan, yaitu bila telah final mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan sampai akhir. Meski Firaun tidak mengubah pikirannya, hatinya dan mau mendengarkannya. Memang dalam pelayanan yang Tuhan percayakan, kita tidak selalu dipakai Tuhan untuk mengubah orang, membawa orang percaya namun kita dipakai-Nya untuk menolong suatu bangsa yang diperkenan-Nya. Ada orang yang kita layani dari A sampai Z tetap saja mengeraskan hati. Dari bagian ini kita belajar bahwa tidak semua orang bisa menerima kita dan suka pada kita. Ada yang menerima dan ada yang menolak. Tidak selalu kita melayani dengan suatu apresiasi tetapi itu memang tidak terlalu penting. Namun penting kita menjalani pelayanan yang Tuhan percayakan dengan penuh tanggungjawab dan memuliakan nama-Nya.

Komentar
Posting Komentar