Suatu ketika saya melayani di Persekutuan Wanita, tentu merupakan pengalaman yang sangat indah bisa berjumpa dengan ibu-ibu yang sangat antusias dalam bersekutu. Mereka tak hanya menyisihkan waktunya disela-sela kesibukan rumah tangganya namun mereka juga memberikan waktu untuk komitmen memberi waktu untuk bersekutu, berpuasa dan melakukan pelayanan sosial kepada mereka yang membutuhkan. Sehingga mereka memasak khusus untuk dibagikan dan itu mereka lakukan dengan penuh rela dan sukacita. Saya sempat bercakap-cakap dengan ketua kelompok dari persekutuan tersebut dan saya berkata bahwa pelayanan seperti ini bagus dan dinamis sehingga kita bisa lebih banyak melibatkan jemaat dan orang-orang yang sebeban dalam pelayanan. Dan saya rasa inilah persekutuan yang hidup, seseorang tidak hanya bertumbuh ke atas, atau kebawah tetapi seseorang juga bertumbuh kesamping, dalam relasi yang sehat kepada sesama.
Menariknya lagi adalah mereka bisa membagikan suatu kesaksian yang sangat menguatkan menyangkut persoalan sehari-hari dan itu di alami secara nyata dalam kehidupan keluarga dan dirinya. Ada yang bercerita tentang masalah anaknya yang hendak bercerai dengan suaminya. Ada juga yang berbicara tentang penyakit yang dialami kemudian karena vonis dokter maka merasa ada suatu ketakutan serta rasa sedih. Ada juga yang mengalami sakit yang membuatnya kini lumpuh, dulu setumpuk harapan dan cita-cita ia telah bangun tetapi karena sakitnya itu maka seakan semuanya itu menjadi terhempas. Akibatnya merasa ada suatu kekecewaan kepada Tuhan, marah kepada dunia sekitar dan tidak menerima diri sendiri. Namun menarik pada titik kesimpulan mereka menyadari penuh bahwa ternyata hidup mengikut Tuhan dan melayani-Nya tidak selalu baik-baik saja alias jalan mulus tanpa suatu kesulitan namun warna-warni perjalanan dengan Tuhan justru suatu hal yang menyenangkan.
Karena itu, menurut saya bahwa setiap orang tidak perlu iri dengan suatu keadaan sukses, kaya, dan sehat yang dimiliki orang lain. Demikian ketika kita melihat pergumulan, kesusahan dan penderitaan orang lain maka kita tidak boleh menepuk dada dan merasa bangga kemudian menghina mereka seakan kitalah orang yang paling mujur sementara mereka semua orang yang paling malang. Sebab ternyata kepada masing-masing orang Tuhan menaruh kelebihan yang harusnya disyukuri serta kekurangan yang membuat kita perlu bergantung penuh pada Sang Penjunan. Di dalam kelebihan kita bisa memuliakan Tuhan namun di dalam kekurangan kita, kita bisa menjadi saluran berkat kekuatan bagi sesama. Allah mengukir masing-masing kita secara unik dan sangat spesial, itu sebab ketika Ia mengukir kita dengan suatu warna maka itu sangat sempurna di matanya.
Komentar
Posting Komentar