Disetiap dimensi kehidupan setiap orang sering berhitung tentang untung
atau rugi. Bila untung dijalani dan bila rugi maka berhenti. Tak ada
orang yang rela rugi semua orang ingin untung. Untung dianggap rejeki
sementara rugi dianggap buntung. Nilai materi menjadi takaran di sana.
Setidaknya kuantitas menjadi bertambah dari sebelumnya. Memang betul
di dalam dunia usaha semuanya itu berlaku dan harus terjadi. Namun
bagaimana dengan dunia sosial? Yang memang tidak ada yang dijual agar
orang membelinya dan agar dia mendapat untung. Menariknya untung rugi
pun menjadi takaran yang harus terjadi di sana. Dunia religi pun tak
mau kalah. Dari agama yang kita anggap tidak benar sampai kepada agama
yang kita anut sekalipun untung rugi tetap menjadi penentu. Siapa yang
untung dan siapa yang rugi menjadi tak jelas. setiap orang datang kepada
Tuhan ingin sesuatu yang menguntungkan, dengar saja perkataannya saat
pulang dari gereja, "aku tadi gak dapat apa-apa" dan ada juga yang
berkata, "aku tadi dapat berkat yang luar biasa." untung dalam hal
rohani sampai kepada bentuknya materi itu bisa terjadi.
Aneh
tapi nyata, bukan hanya kalangan umat tapi sampai tahap pendeta semua
berpikir untung ruginya. ah, memang dasarnya manusia telah jatuh dalam
dosa selalu berpikir ke arah sana, baginya kalau kepuasaan daging tidak
tersentuh maka belum ada untung sama sekali. Jalannya menjadi sangat
mulus tak kala sang pendeta berkata berikan persembahan, perpuluhanmu
kepada rumah Tuhan makan engkau akan diberkati berkali-kali lipat.
Bahkan 10, 30, 60 dan 100 kali lipat. Menjadi tak jelas mana suara
Tuhan dan mana suara setan ternyata orang memberi akhirnya berhitung
untung rugi. Kalkulasi untung rugi memang menjadi kalkulasi duniawi.
Semantara Tuhan Yesus tak pernah berhitung untung rugi. Baginya hidup
untuk mengorbankan diri-Nya bagi tebusan umat manusia. Rasul Paulus pun
dengan berani berkata, baginya hidup untuk Kristus dan mati adalah
keuntungan. Tak ada yang salah dengan yang namanya "rugi" bila anda
rugi karena Kristus. Karena dalam kerugianmu itulah pengorbananmu. Tak
ada yang salah dengan untungmu namun adalah salah bila hanya memahami
untung karena dapat banyak. Karena mereka yang tahu untung sejati
justru karena mereka dapat memberi banyak dan menjadikan apa yang mereka
miliki sebagai suatu dampak bagi pekerjaan Tuhan dan banyak orang.
Lebih salah lagi kalau kita hanya mau ikut Kristus karena untung
materi. Karena Yesus tidak tertarik dengan orang demikian meskipun
engkau kaya. Dalam percakapannya dengan anak muda yang sangat kaya,
Yesus tidak pernah menjual rendah kerajaan surga hanya karena dia kaya.
Tetapi selalu ada harga yang harus dibayar bagi orang yang mau mengkuti
Dia. Juallah (singkirkan) semua hal yang menjadi penghalang dan
penyebab kita tidak serius mengikut Dia. Karena kalau tidak
disingkirkan, maka cepat atau lambat penghalang itulah yang akan merusak
kesetiaan kita dalam mengikuti Tuhan. Memang tidak mudah kalau kita
masih mempertimbangkan untung atau rugi tetapi akan mudah kalau kita
ikut Tuhan karena menyangkal diri dan memikul salib-Nya.
Komentar
Posting Komentar