Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Gereja Diam, Setan Tertawa

Mengapa Setan berpesta dan tertawa gembira? Itu karena gereja lebih memilih diam daripada bertindak nyata. Mungkin kita tak terima dengan pernyataan tersebut namun itulah yang terjadi kursi empuk di dalam gereja dan ac pendingin begitu menyenangkan sehingga orang percaya begitu betah berteduh di dalam ketimbang turun ke jalan menyuarakan dan menghidupi kebenaran. Mother Teresa, William Carey, John Sung, Luther, Calvin, dan masih banyak tokoh Kristen lainnya tidak memilih untuk bersembunyi di dalam realita yang ada namun mereka memiliki sikap yang jelas bahkan tegas sehingga membuat arus tenang menjadi tak senang karena dianggap terlalu berlebihan.  Tapi mereka sadar bahwa mereka harus menggoncang zaman dan tak ingin berada di zona nyaman.  Tak banyak orang yang tertarik karena memang tak betujuan menarik simpatik namun karena hati naruani yang terusik sehingga tak tega dan merasa gerah dengan kesemberautan hidup yang ada.  Karena mereka berjuang apakah laku kemudian mendulang pujia

Fenomena Ahok

Pagi ini saat melewati balai kota DKI Jakarta saya kagum melihat pemandangan yang agung.  Sederetan bunga terpampang di sepanjang jalan depan balai kota dan monas.  Destinasi wisata yang baru bagi orang-orang dari berbagai daerah karena selama ini hanya melihat dari televisi tetapi kini bisa sekalian jalan-jalan sendiri, bersama teman atau keluarga. Tapi bukan sekedar bunga itu yang membuat orang ingin datang tetapi menarik setiap kata yang ada di bunga papan itu, menceritakan tentang perasaan, makna dan kekaguman warga dari berbagai penjuru kepada Basuki Tjahja Purnama. Kisah itu dimulai ketika kekalahannya melawan Anies-Sandi di pilgub putaran ke dua menurut hitungan berbagai lembaga survei yang ada.  Kekalahan itu menuai simpatik dan rasa kecewa yang mendalam, pasalnya Gubernur yang selama ini telah dikagumi karena memimpin dengan bersih, dengan integritas, berani melawan arus dan memiliki spiritual yang baik, dan berkapasitas untuk memimpin Jakarta ke arah lebih baik, kini hara

Kebenaran yang Memerdekakan

Kebenaran dan kemerdekaan adalah satu hal yang erat dan mengikat satu sama lain.  Bahwa mereka yang memiliki kebenaran mereka itulah yang merdeka sebaliknya mereka yang merdeka merekalah yang memiliki kebenaran. Namun banyak juga yang merasa memiliki kebenaran namun tidak mengalami kemerdekaan. Apa sesuungguhnya yang terjadi? Bahwa orang demikian sebetulnya tidak benar-benar merdeka meski merasa merasa sudah merdeka karena kemerdekaan diperoleh di dalam kebenaran Kristus sebab Dialah sumber kebenaran itu.   Beragama Kristen, menjadi keturunan Abraham, menjadi pelaku Taurat bukan berarti sudah merdeka karena kemerdekaan itu terjadi bila Kristus melakukan kemerdekaan atas hidup kita. Dan inilah yang ungkapkan oleh Yohanes 8:30-36.  Apa sebetulnya yang membuat orang tidak mengalami kemerdekaan yaitu karena mereka sudah terikat dengan dosa.  Ikatan tersebut berusaha mereka lepaskan dengan perbuatan baik, dengan beragama, dengan melakukan hukum moral dan hukum yang tertulis saja.  S

Ketika Kematian itu Datang

Berita duka tentu sudah biasa di dengar oleh telinga kita bahkan mungkin dari antara kita pernah mengalaminya secara pribadi karena orang terdekat yang kita kasihi pergi pulang ke rumah Bapa di surga. Peristiwa itu tentu sangat menyedihkan dan memukul sebab tak semua orang siap dan mampu menahan emosi bahkan memiliki pemahaman yang baik tentang peristiwa yang sedang di hadapi.  Mudah bagi kita untuk memahami kalau orang tersebut mati tua ketimbang mati muda meninggalkan anak, atau suami atau istri, dll.  Namun kita tak punya daya untuk menahan agar kematian itu tak datang meski berbagai hal mungkin sudah kita usahakan agar yang terbaik terjadi. Beberapa waktu lalu saya mendengar 6 orang di kampung saya mati tenggelam karena perahu yang ditumpangi karam menghempas batang pohon di pinggiran sungai.  Dan hari ini seorang rekan dan pelayan Tuhan juga masih ada hubungan saudara dipanggil oleh Dia sang pemilik hidup itu.  Saat kita hidup suatu kenyataan yang harus

✽- Ad Infinitum -✽̈

Pada suatu hari, sekitar pukul tiga sore, Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahir sehingga ia harus diusung-usung. Tiap hari, orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang disebut Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang-orang yang masuk ke sana. Ketika orang itu melihat bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia pun meminta sedekah. Petrus berkata kepadanya: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" Hari itu, nama Allah dipermuliakan karena semua orang melihat dengan mata kepala sendiri kalau orang itu menjadi bisa berjalan, bahkan kemudian melompat-lompat sambil memuji Allah. [1] Ketika engkau punya Kristus dalam hidupmu, maka engkau sudah punya segalanya, walau emas dan perak tidak ada padamu. Ketika engkau hanya punya emas dan perak dalam hidupmu, maka sesungguhnya e

Banjir Karangan Bunga

Suatu fenomena yang luar biasa terjadi di balai kota DKI pasca kekalahan Bp. Basuki Tjahja Purnama dalam Pilkada menurut hitungan cepat berbagai lembaga survei yang ada.  Karangan bunga yang dikirim ke balai kota menyiratkan perasaan para pendukung dan masyarakat yang merasa kecewa dengan kalahnya jagoan mereka saat pertarungan itu.  Alasannya luar biasa, meski kalah tapi menurut mereka Pak Ahok tetap ada di hati karena telah memimpin Jakarta dengan baik; berani melawan preman yang menguasai suatu area tertentu demi kepentingan suatu golongan, berani memangkas anggaran yang tidak perlu, berani melawan pemain lama yang selama ini ongkang-ongkang kaki makan hasil korupsi, berani dikucilkan dan melawan berbagai kejahatan di Ibu Kota yang dilakukan oleh kalangan elit, berani melawan arus yang selama ini dianggap sah-sah saja.  Kehadirannya sungguh telah merubah wajah ibu kota dan menginspirasi banyak tokoh-tokoh politik dan masyarakat secara luas.  Hasilnya kadang ia harus menerima pen

Jalan Pintas atau Kualitas?

Daniel 1:1-21, mengungkapkan kebenaran yang sangat mencengangkan.  Kekalahan raja Yehuda dalam melawan raja Nebukadnesar menimbulkan suatu efek yang tidak menyenangkan walau situasi itu ada dalam ketetapan dan kehendak Tuhan.  Namun runtuhnya kerajaan Yehuda itu bukan hanya membuat perkakas-perkakas di rumah Allah itu harus terbawa oleh musuh yang tadinya menjadi alat kemuliaan di rumah Tuhan dan kini menjadi alat penyembahan untuk dewa-dewa, tetapi juga beberapa orang dari Israel, terutama orang muda dari keturunan raja dan kaum bangsawan turut diangkutnya menjadi tawanan.  Semua peristiwa ini tentu terjadi karena perbuatan Israel yang sudah serong menyembah allah lain sehingga Allah membawa mereka ke dalam pembuangan itu. Namun menarik bahwa di dalam keterpurukan itu raja meminta kepada Aspenas, kepala istananya untuk membawa beberapa orang Israel untuk diajarkan tulisan bahasa Kasdim.  Mereka didik selama tiga tahun dan sesudah itu mereka bekerja pada raja. Namun kualitas hi

Curang Demi Menang

Hanya demi menang maka dalam suatu laga ada orang yang tak sanggup bertanding dengan benar, lalu tak segan-segan berbuat curang terhadap lawan berbagai cara ditempuh agar terlihat unggul dan menempati posisi seperti yang dicari.  Kompetisi yang harusnya dijalani secara wajar dan terhormat harus tercoreng karena permainan dan ambisi sesaat.  Namun Amsal 22:8 berkata bahwa "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa."  Untuk sesaat kecurangan bisa terlihat menang dan mengalahkan kebenaran namun tanpa sadar sebetulnya orang curang sedang menabur kecurangan dan akan menuai suatu bencana.  Di manakah letak kelemahan orang curang?  Mereka tidak sadar dengan apa yang mereka perbuat.  Tentu sebagai orang percaya kita tidak habis pikir dan tidak menerima kenyataan kenapa kecurangan harus menang? Ini menjadi pertanyaan bagi banyak orang karena mereka bertanding dengan sikap yang tidak terhormat.  Menusuk lawan dari belakang atau memb

Kain-kain Kotor dipakai-Nya

Dengan kondisi hati yang begitu kotor, adalah anugerah kalau manusia masih tetap dibiarkan hidup sampai dengan hari ini. Yang Maha s uci malah berkenan memakai "kain-kain kotor" ini melayani - Nya. Karena itu, yang sudah terpanggil untuk melayani - Nya hendaklah melakukannya dengan sungguh-sungguh dan setia, seremeh apa pun itu di mata manusia. Bisa diselamatkan adalah anugerah. Bisa melayani adalah anugerah. Bagi mereka yang sudah sungguh-sungguh menyadari ketidakpantasannya menerima anugerah ini, biasanya juga akan bersungguh-sungguh mengerjakan kehendak Allah sebagai amanat; bukan lagi opsi baginya. Sudah tahu tidak pantas diselamatkan, engkau toh tetap diselamatkan. Sekarang sudah diberi amanah, engkau masih berani malas dan lalai mengerjakannya? Yang sudah memulai tidak perlu mencibir yang belum memulai; yang belum memulai tidak perlu berkecil hati terhadap mereka yang sudah berlari. Waktu Tuhan berbeda dengan manusia. Samuel dan Daud dipanggil T

Kalahkan Kejahatan

Roma 12:19-21, Kehidupan yang sejahtera dan enak didamba banyak orang, semua ingin tidur nyenyak, makan enak, situasi aman dan hidup tentram dalam keharmonisan dalam berbagai bidang namun apakah itu bisa terwujud dengan berdiam diri saja?  Nampaknya sangat mustahil bagi kita untuk mewujudkan sesuatu yang baik datang sendiri dengan ongkang-ongkang kaki tapi faktanya masih banyak orang yang hidup dengan fasif namun mengharapkan sesuatu yang mulia menghampirinya.  Apa yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya ini begitu menyentak dada dengan suatu irama yang sungguh membuat kita merasa ada improvisasi yang sangat indah, nadanya begitu lembut namun penuh dengan seruan agar kita hidup aktif mengikuti pimpinan dan kehendak Tuhan.  Bahwa kehidupan yang dipenuhi oleh kasih jangan membuat kita hidup dalam kepura-puraan.  Realitas hidup yang dirasa tentu menjadi warna berbeda dengan gairah dunia.  Kita tak hanya menabuh lantang suara namun beraksi nyata dalam melakukan yang ben

Dia sudah Bangkit!

Lukas 23:56b-24:1-12, Para penggugat tidak menerima suatu fakta yang tertulis di dalam Alkitab sehingga mereka menolak untuk mempercayai dan mengimaninya.   Kematian dan kebangkitan Kristus dianggap sebagai suatu karangan cerita dongeng para penggila Yesus saja.   Mereka yang membiarkan dirinya diombang ambingkan dengan berbagai pandangan dan pengajaran telah dibuat tergelincir dan kehilangan pesan yang sangat penting itu.   Namun kalaimat yang menyentak adalah: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini dan Ia telah bangkit.   Kalimat tersebut di ucapkan oleh malaikat Tuhan kepada para perempuan yang pergi ke kubur untuk merempah-rempahi mayat Yesus. Pagi-pagi benar mereka sudah semangat dan tanpa ragu untuk menuju ke kubur itu.   Ternyata kuasa kebangkitan membawa mereka melihat suatu kenyataan bahwa ternyata apa yang terjadi telah Ia sampaikan kepada mereka pada waktu Ia bersama mereka.   Bahwa Ia akan diserahkan, tersalib dan bangkit pada

Kematian-Nya, Kehidupan Kita

Suatu peristiwa yang mengguncang di dalam sejarah hidup manusia bahwa ada seorang Juruselamat yang mau mengalami kematian untuk menyelamatkan manusia. Kematian-Nya banyak disalahpahami oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah bahkan oleh mereka yang menyebut diri ahli Taurat sehingga ketika Ia tergantung di kayu Salib banyak orang mempertanyakan keberadaan-Nya dengan nada sinis, jika Engkau memang Juruselamat selamatkan diri-Mu?   Karena bagi manusia tidak mungkin Sang Juruselamat tergantung di kayu Salib dan mati.   Bagi mereka Yesus harusnya tampil sebagai seorang hero yang melawan kejahatan lalu terlihat secara hebat menjadi seorang pemenang.   Jadi menurut mereka tidak perlu mengalami penyiksaan, olok-olokan, caci-maki, dan penderitaan yang begitu dalam sampai mati dengan di hina di kayu Salib yang seakan terlihat tak berdaya menyelamatkan diri dan pada puncaknya mati tergantung di Salib.  Manusia yang telah jatuh di dalam dosa memang tak bisa memahami penuh mengapa sang Ju

Sudah Selesai!

Yohanes 19:30, ada pesan yang sangat penting dari jeritan Kristus di salib ini, meskipun kalimatnya sangat singkat namun padat dengan makna.   Perkataan salib yang keenam ini merupakan suatu penegasan kepada sejarah umat manusia bahwa di kayu salib itu, Ia sendiri telah berada untuk mengerjakan penebusan dan memproklamirkan bahwa pekerjaan yang Bapa percayakan kepada-Nya sudah selesai dijalani-Nya. Dalam teks bahasa Yunani, ucapan keenam dari Yesus di salib ini menggunakan kata tunggal: Tetelestai! Dan kalimat tersebut diucapkan-Nya dengan suara yang keras. Merupakan teriakan kemenangan bahwa tugas yang Bapa berikan kepada-Nya sekarang sudah lengkap dan sempurna diemban-Nya. Karya pendamaian antara Allah dan manusia telah selesai dan lengkap   dikerjakan-Nya ketika Ia tergantung di salib itu. Kristus telah menyelesaikan semua tututan Allah atas nama orang-orang berdosa.   Sehingga segala tututan Allah ditanggungkan kepada-Nya.   Keadilan Allah sudah dipuaskan dan tebusan untuk per

Kehidupan yang Baru

Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi   sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya   yang sia-sia dan pengertiannya   yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Efesus 4:17-18. Hidup baru merupakan mutu dari kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan. Lama dan baru adalah sebuah istilah yang paling mudah untuk kita dipahami menunjuk pada identifikasi makna dan keberadaan keduanya. Baru dan lama menegaskan tentang status seseorang, sesudah dan sebelumnya.   Maka, saat kita membaca tulisan Paulus pada bagian ini orang percaya dibawa untuk melihat situasi kehidupan terkini sebagai orang yang sudah menerima anugerah penebusan dalam Kristus untuk melihat keberadaan masa lalu yang penuh dengan kekacauan dan hidup dalam kegelapan yang membinasakan. Itu sebab Paulus menghimbau setiap orang percaya di Efesus agar meninggalkan c

Produk Dosa

Dosa berarti meleset atau keluar dari sasaran yang Allah kehendaki.  Dosa merupakan produk yang dihasilkan sejak manusia pertama di taman Eden jatuh ke dalam dosa. Ketidaktaatan kepada ketetapan dan kehendak Tuhan telah membawa manusia terpisah dengan Allah sang pencipta yang kemudian tabiat tersebut terus menjalar dari generasi ke generasi. Dosa menghasilkan suatu produk yang pasti yaitu upah dosa adalah maut. Mereka yang sudah mati karena pelanggaran itu hidup aktif di dalam dosa.  Mereka mengikuti jalan dunia ini dan mentaati penguasa kerajaan angkasa, itu yang diungkapkan dalam Efesus 2:1-3.  Maka dapat dikatakan bahwa produk dari dosa adalah menghasilkan dosa terus menerus dan tidak bisa tidak berbuat dosa.  Karena seseorang tidak sanggup melawan dan keluar dari dosa, genggaman dosa itu begitu kuat dan memikat. Sehingga orang dengan sengaja dan rela untuk aktif melakukannya dan tidak pernah merasa bersalah melakukan suatu kejahatan.  Perbuatan baik, agama, kepintaran, kekayaa

Demi Harga Diri

Harga diri menjadi hal yang tak bisa diremehkan dalam kehidupan sehingga setiap orang berjuang untuk mendapatkannya.  Kalau bisa harga diri kita jangan diinjak-injak, diremehkan dan diabaikan oleh orang lain.  Kita ingin muncul sebagai seseorang yang memiliki harga diri dan orang lain pun dapat mengakuinya.   Pope berkata, "Harga dirilah yang membuat manusia menjadi seseorang, dan orang harusnya menginginkannya; yang lainnya hanyalah kulit atau bagian yang tak penting." Itu sebab kalau orang bekerja dan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tujuannya adalah demi harga diri.  Harga diri menjadi sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan sehingga semakin banyaknya harta, banyaknya relasi, banyak properti, banyaknya gaji, banyaknya pujian dan naiknya jabatan maka seiring dengan itu harga diri kita pun seakan makin oke. Yang lain kita kejar, kita raih dan peroleh hanya untuk menjadi pelengkap dan penyedap harga diri kita agar semakin meningkat dan mantap.