Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Mengapa jaman sekarang orang berbuat dosa tidak langsung dihukum Tuhan?

Membaca kisah Ananias dan Safira di dalam Alkitab kita serasa sangat terkejut dan takut dengan peristiwa itu sebab seakan tak ada ampun lagi di hadapan Tuhan.  Sementara kalau kita lihat pada kisah pelanggaran-pelanggaran yang lain di dalam Alkitab hampir jarang kita menemukan Allah sedemikian cepat dan tegasnya bertindak.  Semua hukuman yang Allah datangkan hampir karena suatu akumulasi peristiwa yang memang dilakukan berulang-ulang oleh seorang pribadi atau suatu bangsa karena menolak untuk bertobat. Pertanyaannya menjadi menarik saat kita mulai menjelajah pada kisah Ananias dan Safira, sepasang kekasih yang bersepakat untuk membohongi Rasul Petrus yang adalah utusan Tuhan. Kebohongan mereka menjadi tidak termaafkan karena ketika mereka menjual miliknya lalu mereka menyerahkan separuh namun mereka berbohong seakan sudah memberikan semuanya.  Pada kisah ini, maka kita harus melihat dulu bahwa gereja mula-mula adalah gereja percontohan bagi gereja berikutnya.  Tuhan ingin membere

Agenda Gereja

Ada satu hal yang tiba-tiba mengganggu pikiran saya yaitu pertanyaan mengenai sebetulnya apa sih agenda gereja? Yang lazim kita perhatikan dalam gereja masa kini, gereja sibuk dengan ogranisasinya, jumlah anggotanya dan acaranya yang spektakuler?  Tampaknya sajian gereja dalam kemasan yang demikian makin marak belakangan ini.  Ditambah lagi dengan penambahan aset pelayanan yang seakan menjadi suatu warna yang tak bisa ditiadakan seperti, kendaraan, gedung, peralatan-peralatan multimedia, soundsystem, dan ambulance serta rumah bagi pendeta atau gembala. Semua orang ingin menunjukkan kelasnya dalam lifestyle agar tidak ketinggalan jaman.  Uang yang dipergunakan untuk mengundang pembicara hebat, penyanyi rohani top dan pelayanan yang berbakat pun tak segan di raup dari kantong persembahan.  Namun yang menjadi miris tak sedikit gereja-gereja kemudian menjadi tutup hanya karena tidak bisa mengadakan fasilitas sedemikian itu. Karena itu sebetulnya gereja harus mengoreksi kembali agendany

Mengusai lidah

Yakobus 3:1-18 memberitahukan tentang pentingnya bagi tiap orang percaya untuk mengusai lidahnya.  Pepatah berkata, "lidah tak bertulang." Memang itu adanya, ia lentur dan bisa dengan mudah kita menggoyangnya.  Namun dari lidah tanpa kita sadari ternyata kita bisa mengeluarkan racun yang berbisa dan bisa mengeluarkan air sejuk yang menyegarkan.  Ternyata memang meski ia kecil, ia hanya butuh kendali dari si penggunanya. Seorang guru misalnya baiklah menjadi guru yang mempergunakan lidahnya untuk mengajarkan sesuatu yang benar bagi pengikutnya.  Karena bila dia sendiri salah dalam mengajarkan maka dampaknya bukan hanya dirinya sendiri yang tersesat tetapi pengikutnya pun bisa mengalami kesesatan yang menimbulkan kebinasaan.  Itu sebab sebetulnya bukan jabatan gurunya tetapi ajaran gurunya itu bagaimana? Ia bisa menyesatkan namun kalau dipergunakan dengan baik maka ia bisa menjadi pembakar semangat dan alat kemegahan di dalam diri seseorang.  Itu sebab kita boleh bangga denga

Cara Hidup Bahagia

Membaca Kisah Para Rasul 4:32-37, tentu menjadi menarik karena kita menemukan suatu kehidupan umat percaya yang telah menerima dampak dari pekerjaan Roh Kudus yang tercurah di hari Pentakosta.  Mereka begitu menyukai pengajaran dan kehidupan mereka menjadi aliran yang menghidupakan bagi sesama sebagai orang percaya.  Meskipun lingkungan di mana mereka berada terus menekan sehingga membuat kehidupan mereka secara ekonomi menjadi semakin sulit dan penuh dengan tantangan karena memang status mereka sebagai pengikut Tuhan. Memang itulah hidup yang harus mereka jalankan.  Namun bukan berarti mereka tidak bisa menikmati bahagia itu karena ternyata bahagia bukan terletak dari luar namun dari dalam hati.  Bukan terletak dari apa yang kamu miliki namun terletak dari apa yang Tuhan beri.  Mungkin Tuhan tidak memberikan mereka uang yang banyak namun mereka diberi hati untuk saling memperhatikan dan peduli satu sama lain.  Sehingga mereka menikmati gelombang hidup yang Tuhan ijinkan.  Kebahagiaa

Setuju dengan Kehendak Tuhan

Jadilah padaku karena aku seorang hamba (Lukas 1:38), menjadi point penting bagi seseorang dalam memahami arti kehidupan beriman.  Sebab iman bukan berdasarkan jadilah kehendakku namun harusnya jadilah mau-Mu.  Mau-Mu dan mau si aku seringkali menjadi mau yang tak bisa sejalan.  Padahal tujuan hidup kita harusnya percaya dengan apa yang Tuhan tetapkan. Di dalam membiarkan kehendak-Nya yang jadi maka sebetulnya kita sedang menaklukan kehendak kita di bawah kehendak-Nya yang mulia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa cenderung menghambakan diri pada keinginan daging dan berjalan dengan tujuan yang ditetapkan berdasarkan pemahamannya sendiri.  Yang menurutnya baik, itulah yang dianggap sebagai suatu kebenaran.  Yang dianggap lebih masuk akal itulah yang sering dijalankan.  Namun dalam hal ini tentu tak disangka bagaimana datangnya maunya Tuhan pada Maria yaitu ia melahirkan seorang Anak laki-laki yang di namakan Yesus - Mesias Sang Juruselamat. Akal manusia berkata bahwa tak mungkin San

Mengukir Hari bersama Sang Ilahi

Francis dari Assisi adalah seorang santo abad ke-13, selain terkenal karena doanya yang luar biasa maka ia juga terkenal karena gaya hidupnya yang sederhana.  Gema dan getar hidupnya begitu terasa tak hanya pada zamannya namun sampai kepada generasi berikutnya.  Ia mempunyai kasih yang mendalam kepada orang miskin dan memperbaiki banyak kapel Italia yang sudah rusak dan tak layak digunakan lagi. Namun apa yang orang tidak tahu tentang keberadaannya yang lain, yaitu bagaimana ia menghabiskan sebagian besar waktunya. Ternyata waktu yang ia miliki banyak dipergunakan untuk menikmati persekutuan dengan Tuhan di dalam doa. Meskipun dia memiliki masalah mata, perut, limpa dan hati secara serius namun kesempatan mengukir kehidupan bersama Sang Ilahi menjadi sesuatu yang tak pernah terlewatkan. Kebanyakan orang melupakan Tuhan sepanjang hari dan pada malam hari baru mereka datang kepada Tuhan dan meminta-Nya untuk mengingat dan menjaga kehidupan mereka. Di dalam Mazmur 55:18, Pemazmur me

Hidup Kristus, Mati Keuntungan

Puncak dari kehidupan orang Kristen adalah bagaimana dia bisa merasakan kehidupan yang penuh dengan makna saat ia menyerahkan hidupnya di dalam Kristus yang ia percaya.  Kualitas hidup yang dibangun tak sekedar rutinitas atau formalitas namun sungguh suatu kesadaran yang tak mungkin dimiliki oleh orang yang tak pernah mengalaminya.  Dalam konteks ini tentu bukan berarti Paulus sudah bosan hidup dan menderita karena mengikut Kristus yang dipercaya namun dalam semangat keimanan yang dimilikinya maka dia melihat bahwa hidupnya adalah milik Kristus sehingga ia mau menyandarkan hidupnya secara total dan penuh pada pimpinan dan pemeliharaan-Nya.  Hidup adalah Kristus menyingkapkan tentang sebuah semangat pelayanan yang tak pernah padam dengan hal apa pun juga karena keinginannya adalah untuk hidup memberi buah.  Itu sebab ia ingin menjaga kehidupannya sedemikian rupa agar tidak menjadi batu sandungan dan tak terbantahkan oleh lawan. Dalam hal ini maka kalau ada satu orang saja yang patut d

Karunia, Kerendahan Hati dan Kasih.

Alkitab memang memberikan gambaran mengenai karunia-karunia roh. Baik itu karunia berbahasa roh, bernubuat, mengajar, menasihati, memimpin dan lainnya. Namun, karunia itu bukanlah sebuah jaminan mutlak yang membuat seseorang dipandang lebih hebat atau lebih kudus dari yang lainnya. Ananias, orang yang diutus Tuhan untuk menyembuhkan mata Saulus di Damsyik, tidaklah diceritakan lebih jauh dalam alkitab. Padahal, dirinya seolah memiliki karunia yang “luar biasa” di mana orang buta (Saulus) dan menjadi sembuh dan membuka matanya. Karunia itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang pantas dibesar-besarkan dalam cerita-cerita tokoh-tokoh dalam alkitab.             Paulus sendiri adalah orang yang ditunjuk Tuhan dan dipakai Tuhan luar biasa untuk memenangkan banyak jiwa. Paulus membuat banyak mujizat, bahkan saputangannya pun dapat menyembuhkan orang sakit. (Kis 19:11-12). Namun Paulus sendiri sudah berseru pada Tuhan untuk mencabut duri dalam dagingnya, yaitu seorang utusan iblis untu

Belajar dari Pegawai Bank

 Seseorang wartawan pernah bertanya kepada seorang kepala manajer sebuah bank ternama di Asia. “Apakah yang anda lakukan kepada pegawai-pegawai anda, sehingga mereka dapat dengan cepat membedakan uang palsu dengan uang asli?” jawab kepala pegawai itu, “saya mengkondisikan mereka untuk lebih sering memegang uang asli dan sama sekali tidak pernah memperbolehkan mereka memegang uang palsu.” Lalu wartawan itu kembali bertanya “mengapa anda lebih sering mengkondisikan mereka memegang uang asli? Bagaimana mereka dapat membedakan uang palsu apabila mereka belum pernah menyentuhnya sama sekali?” jawab kepala manajer itu, “semakin sering mereka memegang uang yang asli akan semakin tajam pemahaman mereka mulai dari tekstur, bentuk, ukuran dan warna uang asli. Sehingga sekali saja mereka merasa sesuatu yang berbeda pada indera perabaannya, mereka akan langsung mengidentifikasi bahwa itu adalah uang palsu. Karena jika mereka diizinkan sekali saja memegang uang palsu, indera perabaan mereka a

Belajar dari nama Ananias

              Di dalam Kisah Para Rasul, kita dapat menemukan ada 3 pribadi dengan 1 nama yang “kebetulan” sama, yakni Ananias. Awalnya, hal ini membuat bertanya-tanya apa maksud dari alkitab menuliskan 1 nama ini dan digambarkan dengan 3 pribadi.             Pribadi yang digambarkan alkitab yang pertama adalah Ananias yang menipu rasul Petrus dengan tidak menyerahkan hasil penjualan tanah seluruhnya, melainkan menyimpan sebagian hasil penjualan tersebut, sehingga putuslah nyawanya bersama dengan istrinya, Safira. (Kis 5:1-10). Pribadi kedua adalah seorang ahli taurat yang menampar mulut Paulus dalam pengadilan agama, sehingga Paulus berkata kepadanya bahwa Ananias si ahli taurat seperti tembok yang dikapur putih, indah bila dilihat di luar namun buruk di dalam. (Kis:23:1-3). Pribadi yang ketiga adalah Ananias, seorang murid Kristus yang diutus Tuhan untuk berdoa dan menumpangkan tangan kepada Saulus (Paulus) dan menyembuhkan matanya di Damsyik. (Kis 9:10-13).          

Makin dekat Tuhan

Ada banyak pandangan rohani yang beredar bahwa semakin kita dekat dengan Tuhan maka kita semakin dilimpahi oleh-Nya dengan berkat kesehatan, materi dan mengalami terobosan di sana sini.  Konsep yang demikian tentu tidaklah sepenuhnya salah, namun dalam realitasnya ternyata kondisi yang terjadi justru terbalik.  Kita melihat gambaran nama tokoh-kokoh besar di dalam Alkitab misalnya, Abraham bukan hidup tanpa masalah.  Kondisi kekurangan makan pernah ia alami sehingga harus mengungsi ke Mesir.  Ia mengalami ujian yang sangat berat karena justru sebagai orang beriman ia belum menimang anak sampai pada usia tuanya.  Apa yang menjadi faktor, karena ia kurang dekat dengan Tuhan? Tentu saja tidak, karena ia adalah orang yang sangat dekat dengan Tuhan sehingga ketika ia diminta untuk mempersembahkan Ishak dengan keberanian yang besar ia mau melakukannya.  Kisah tokoh yang lain adalah Ayub, dalam kalimat pembuka pada pasal pertama Ayub digambarkan sebagai orang yang jujur, takut akan Alla

Lakukan segera hari ini!

Menunda adalah hal yang tak pantas untuk dilakukan.  Waktu terus berjalan dan tak pernah menunggu apa pun alasannya. Apa yang tidak dilakukan segera maka kesempatan itu akan hilang.  Kalau pun bisa diulang berarti kita harus menyisihkan waktu yang baru baginya.  Itu sebab semua orang hebat selalu tahu menangkap momentum sehingga kesempatan yang berharga itu tidak akan hilang dan membuat menyesal. Apa yang bisa dilakukan, maka mereka melakukannya segera hari ini.  Kita mungkin tidak pernah menyadari betapa berharganya suatu kesempatan yang datang.  Namun yang perlu untuk kita perhatikan adalah kebiasaan menunda ternyata membuat seseorang kehilangan banyak hal.  Mereka baru melakukannya setelah melakukan penyesalahan, desakan dan mengalami kerugian.  Itu sebab kebiasaan menunda menjadi kebiasaan yang harus diubah agar kita terbiasa menyelesaikan sesuatu dengan tepat waktu dan waktu yang kita jalani tidak habis percuma. Ketika seseorang dokter misalnya, menunda semenit saja waktunya u

Menjadi Berkat melalui tulisan

  Tak pernah disangka sebelumnya ternyata apa yang saya gumuli selama ini, kini dalam waktu Tuhan menjadi kenyataan. Memiliki blog kemudian diupgrade menjadi web yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang diberbagai belahan dunia.  Dan dengan anugerah Tuhan saya bisa menemukan nama yang tepat bagi web ini, yaitu RumahPemuridan dengan harapan bahwa web ini bukan sekedar bisa menjadi berkat tetapi berharap para pembaca bisa terlibat dan ambil bagian di dalamnya. Kita garap sama-sama apa yang kita bisa sesuai dengan talenta dan kemampuan yang Tuhan berikan. Mungkin pertama kali menulis rasanya akan sangat sulit namun lama kelamaan akan menjadi mudah.  Saya pernah bertemu dengan seorang penulis buku, kemudian saya bertanya bagaimana caranya bisa menulis sebuah buku sehingga bisa dibaca oleh banyak orang dan naik cetak, dengan santai dia berkata, "anda tulis saja apa yang ada dipikiran anda ." Dengan rasa yang agak terkejut saya mendengar jawaban itu.  Namun setela

Lembaran Hidup Baru

Mengukir kehidupan yang kita jalankan tentu tak semudah mengukir sesuatu di atas kertas, kanvas atau kayu pahatan. Namun sejatinya hal inilah yang paling penting dan perlu untuk kita lakukan. Keputusan yang sangat inti ini menjadi momentum yang sangat berharga karena dari situlah kita bergerak pada tujuan yang Tuhan tentukan. Lembaran baru ini disebut sebagai lembaran pertobatan.  Di dalamnya kita menemukan diri sebagai pribadi yang baru dan bersih karena kemurahan Allah di dalam Yesus Kristus yang telah memperbaharui kehidupan kita. Allah mengasihi kita dengan segala kerelaan dan kesungguhan. Namun Alkitab tegas mengatakan agar pertobatan kita tidak main-main dan bersifat murahan maka kita harus mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala pelanggaran kita. Apakah ada orang yang tidak perlu bertobat? Tentu saja tidak! Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kehilangan dalam hal

Sumber Pertolongan

Mazmur 121:1-8 merupakan nyanyian ziarah yang sangat indah. Dalam bagian ini ia menyingkapkan tentang kerapuhan manusia yang adalah peziarah di dalam dunia ini.  Namun yang menjadi menarik adalah bahwa mereka dapat melihat bahwa Allah sebagai pemelihara dan penjaga mereka dalam setiap perjalanan kehidupan. Ada luapan yang penuh giarah dan keyakinan yang sangat kuat terhadap petolongan dan penjagaan yang melebihi para pengawal dan prajurit yang berjaga-jaga. Di dalam keyakinan yang kuat itu, maka mereka dapat mengekspresikan kehidupan iman mereka yang berserah penuh pada pimpinan Allah, tanpa sungut-sungut, mengeluh atau mempersalahkan Allah. Allah tidak pernah tertidur atau harus dibangunkan dari tidurnya seperti Baal misalnya (1 Raj. 18:27). Ia tidak bergantung dengan siapa pun dan tidak bisa dipengaruhi oleh siapa pun, Ia tidak pernah lelah untuk menjaga dan memelihara, bahkan saat manusia tidak bergantung pada kekuatan-Nya, Ia tetap menjaga mereka.  Sepenuhnya Ia tahu siapa,

Keagungan Kehidupan Kristen

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Efesus 4:2 Paulus meminta orang percaya untuk memilki sikap r endah hati, lemah lembut  dan sabar,   k ebajikan-kebajikan ini hanya dapat dihasilkan jika Roh Allah tinggal di dalam diri seseorang . Ke tiganya tentu seringkali berlawanan dengan daging dan bisa jadi menjadi sesuatu yang  sama sekali asing bagi daging kita.  S ayangnya orang Kristen sering menjadi lupa untuk menunjukan kehidupan yang demikian kepada sesama.   Panggilan hidup yang elegan di tengah dunia yang gelap ini perlu diwujud nyatakan di dalam sikap yang benar. Dengan menjadi rendah hati, lemah lembut dan sabar, bukan berarti kita tampil sebagai orang yang lemah dan tak berdaya namun hal ini membuat kita untuk memperlihatkan keagungan dari kehidupan yang sejati. Dunia mengajarkan bahwa bila kita ingin meraih keagungan maka perlu sikap superpower sehingga semua orang menjadi tunduk dan takut.  Namun

Dari Anda untuk Kita

Kolom ini menjadi kolom yang sangat menarik sebagai wadah atau ruang kebersamaan.  Di dalamnya anda bisa berbagi banyak hal, entah itu pengalaman hidup, kesaksian hidup, dan lain sebagainya. Melalui ruang ini saya ingin anda ikut memberikan kontribusi dan yang pasti ini adalah kesempatan yang indah untuk anda berbagi kepada saudara seiman diberbagai belahan dunia. Saya tidak memungut biaya sepeser pun untuk ruang DARI ANDA UNTUK KITA ini.  Dan tentu saya perlu membaca terlebih dahulu tulisan anda supaya layak untuk dipublikasikan secara umum dan bisa dibaca oleh setiap orang dari latar belakang budaya mana pun. Karena itu ketentuan tulisan sebaiknya menggunakan text Time New Roman dengan font 12 dan maksimal 2 halaman A4 dan bukan hasil ciplakan, bila anda mengambil dari sumber lain harap cantumkan sumbernya. Jangan lupa berikan judul pada tulisan anda, kalau anda ingin mencantumkan nama anda, maka saya sangat menghargainya. kirimkan tulisan anda ke nikodemusrindin@gmail.com

Mengapa kita di surga berbentuk roh?

Tanya:    Kita dibentuk serupa dan segambar dengan Allah: berarti Allah secara roh dan juga fisik sama seperti kita, benarkah? tetapi mengapa, nanti kita dialam baka berbentuk roh? Jawab:    Di dalam Kitab Kejadian 1:27 dikatakan bahwa kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.  Adam tidak serupa dengan Allah dalam arti memiliki darah dan daging. Alkitab berkata bahwa “Allah itu Roh” (Yohanes 4:24) dan karena itu memiliki keberadaan tanpa tubuh. Namun, tubuh Adam mencerminkan hidup Allah karena diciptakan dengan kesehatan yang sempurna dan tidak tunduk kepada kematian. Gambar Allah menunjuk pada bagian non-material dari manusia. Hal ini membedakan manusia dari binatang dan memampukan manusia mengemban “kekuasaan,” sebagaimana direncanakan Allah (Kejadian 1:28), dan memampukan manusia berkomunikasi dengan PenciptaNya. Keserupaan ini termasuk dalam hal mental, moral dan sosial. Secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan

Apakah setelah seseorang mati masih ada pengadilan?

Tanya: Katanya di saat meninggal kita orang beriman dan terpilih langsung naik ke surga seperti halnya penjahat yang sama2 di salib dengan Yesus yang langsung naik ke surga alias gak ada lagi pengadilan? Tetapi di pengakuan iman rasulit tertulis: dan dari sana Ia akan mengadili orang yang hidup dan yang mati? jadi masih ada pengadilan? K alau tidak dapat mahkota, kita jadi apa? Apakah dibuang juga ke lautan api? Jawab:  Menjawab pertanyaan tersebut silahkan baca Pengkhotbah 3:17;11:9;12:14, 2 Timotius 4:1-8 dan 2 Korintus 5:10 serta Yohanes 3:16. Ayat-ayat tersebut memberitahu kita bahwa semua orang akan menghadap tahta pengadilan Allah yang suci.  Orang yang percaya diadili berdasarkan tentang apa yang dikerjakannya selama hidupnya.  Hal ini tidak berbicara tentang apakah dia diselamatkan atau tidak karena setiap orang tebusannya pasti diselamatkan.  Tetapi pengadilan ini dimaksud untuk penentuan pemberian mahkota (2 Tim 4:7-8).  Hal itu bisa berkaitan deng

Apakah setelah seseorang mati masih ada pengadilan?

Tanya :  Kalau memang masih ada pengadilan, berarti kita masih punya kesadaran tentang diri kita? Tetapi disisi lain katanya nanti di dunia lain kita ngga akan mengenal lagi satu sama lain, benarkah? Jika demikian berarti kita tidak punya lagi kesadaran diri kita yang dahulu!  Dengan kata lain kita total mahkluk baru yang tidak punya hubungan apa pun dengan masa lalu? Jika demikian konsekuensinya orang-orang yang berbuat dosa nantinya juga tidak punya kesadaran kalau mereka telah berdosa dan mereka juga tidak akan merasakan penghukuman akibat dari dosa, karena mereka tidak mempunyai kesadaran diri lagi alias sudah tidak bereksitensi lagi?  Kalau demikian dengan kata kasarnya kita bisa saja dengan enak berbuat dosa, karena toh kita tidak akan merasakan penghukumannya nanti, karena nantinya toh kita tidak punya kesadaran diri tersebut dan tidak akan merasakan apa-apa? Jawab : Peristiwa di Lukas 9:30, secara umum diterima sebagai bukti kuat saling kenalnya

Memberi yang terbaik

Memberi yang terbaik sesuatu yang sangat penting dan perlu. Baik untuk memberi yang baik namun lebih baik jika kita memberi yang terbaik. Sehingga pertanyaannya adalah bukan sudahkah anda memberi namun sudahkah pemberian anda itu terbaik? Memberi sesuatu yang bekas kepada orang lain itu sangat perlu, memberi yang pantas juga sangat menyenangkan namun memberi yang terbaik itulah yang harus menjadi gairah setiap orang yang perlu ditumbuh kembangkan. Jadi saat ada bazar, sekarang kita mulai memikirkan hal yang terbaik apa yang perlu saya berikan kepada orang lain sehingga di dalamnya saya berkorban dan orang lain merasakan sukacita yang penuh. Saya kira ini juga seharusnya bisa diaplikasikan juga dalam pelayanan. Pelayanan seringkali menjadi kering dan tidak berdampak karena seorang pelayan hanya memberikan sesuatu apa adanya, tidak dengan pelayanan yang exstra sehingga sentuhan pelayanan itu tidak begitu terasa dan jiwanya biasa saja. Memberi yang terbaik berarti

Melakukan sesuatu yang baik

Menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap orang yaitu memikirkan dan melakukan yang baik. Sesuatu yang baik perlu dipikirkan dan dilakukan dalam hidup tiap orang.  Apa yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, yaitu hampir semuanya bisa kita lakukan. Mulai dari hal yang buruk hingga yang baik. Dari hal-hal yang bersifar positif sampai berdampak negatif.  Kebiasaan berpikir dan melakukan hal yang baik tidak serta merta terjadi dengan sendirinya pastinya perlu melekat pada tiap orang sehingga menjadi kebiasaan yang terus ditumbuh kembangkan.  Itu sebab anak kecil dan tiap orang perlu mendisiplin diri untuk menumbuhkan dan memgembangkan kebiasaan yang baik itu, mulai dari rumah sampai ke lingkungan sosial atau masyarakat sekitar.  Tanpa hal yang demikian tentu menjadikan diri seseorang kering dan kehilangan kesukacitaan dalam banyak hal. Coba anda bayangkan bila kita tak mampu memikirkan hal yang baik, maka hal yang jahat yang kita lakukan.  Apabila kita tak mau melakukan