Langsung ke konten utama

Menggarami atau Digarami





Matius 5:13

Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.  Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:

    1.    Orang Percaya adalah “Garam”
Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.  Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.  Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.  Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, penyedap rasa makanan (memasak), menyuburkan tanah dan lain sebagainya tetapi Ia berbicara tentang diri KITA, bahwa kitalah garam itu. Garam di sini berbicara tentang IDENTITAS diri kita di hadapan-Nya. Identitas ini dikenakan kepada orang percaya agar mereka selalu mengingat bahwa selama mereka hidup, mereka harus “menjadi garam yang siap sedia dipakai oleh Tuhan Yesus sebagai agen Pengubah, pembawa pengaruh, pemberi dampak bagi perluasan Kerajaan Allah di muka bumi ini”.

2.    Orang Percaya adalah “Garam Dunia”
Yesus berkata bahwa kita adalah garam dunia.  Artinya, pekerjaan kita sebagai garam sangat luas dan besar karena kita harus menggarami dunia.  Menggarami dunia ini bukanlah hal yang gampang bila dikerjakan sendiri-sendiri oleh anak-anak Tuhan, tetapi akan lebih mudah bila anak-anak Tuhan mau bersatu menggarami bersama, bekerjasama, bersatu dan saling bergandengan tangan dalam pekerjaan Tuhan.  Maka setawar apapun dunia ini, rasa asin yang dimiliki oleh masing-masing anak Tuhan sanggup mengubah keadaan yang tawar itu menjadi rasa yang menyenangkan, penuh dengan cinta kasih, penuh dengan sukacita, berlimpah dengan kasih Kristus dan penuh dengan pengharapan.  Secara praktis kita bisa menjadi garam di dalam keluarga kita sendiri, di kantor tempat kita bekerja, di dalam melakukan bisnis, dan bahkan di dalam pelayanan.  Percayalah hal sekecil apapun yang kita kerjakan di dalam Tuhan Yesus sebagai garam akan berdampak bagi dunia di sekitar kita.  Bisa dibayangkan bila semua orang percaya secara aktif menjadi garam, maka seluruh dunia ini akan tergarami.

3.    Orang Percaya adalah “Garam yang Menggarami”
Dalam realita kehidupan rohani sering kali kita lupa tentang keberadaan kita sebagai garam yang harus menggarami, bukan digarami.  Namun harus diakui sebenarnya dalam realitanya begitu banyak orang Kristen yang lebih senang untuk menahan garam yang ada pada dirinya ketimbang mempergunakan garam itu bagi dunia ini. Misalnya, menahan untuk tidak memberitakan Injil kepada mereka yang belum percaya.  Menahan untuk tidak mempergunakan karunia yang Tuhan berikan kepada.  Namun yang paling menyedihkan adalah orang Kristen tidak hanya menahan tapi justru hidup mengikuti pengaruh-pengaruh dunia ini.  Padahal firman Tuhan berkata, “Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”  Ingat, panggilan kita adalah menjadi garam yang menggarami dunia ini, sehingga dunia ini bebas dari rasa tawar. Apa rahasianya? Rahasianya adalah jangan menjadi garam yang tawar atau garam yang ditahan tetapi jadilah garam yang menggarami dunia ini, agar dunia ini penuh dengan kemuliaan Tuhan. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara