Langsung ke konten utama

Belajar Rendah Hati



Belajarlah kepada-KU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29)


Pada suatu hari ada seorang pengkhotbah tamu yang menyampaikan firman Tuhan dengan luar biasa, sehingga banyak jemaat yang mendapat berkat dari setiap hal yang disampaikan.  Seusai kebaktian, tiba-tiba sang pengkhotbah tersebut dihampiri oleh seseorang jemaat yang hendak menyatakan terima  kasihnya kepada sang pendeta.  Pak Pendeta , “Khotbah Anda sangat bagus dan memberkati saya, tidak seperti biasanya pendeta saya kalau berkhotbah,  banyak hal-hal yang sudah disampaikan diulang kembali sehingga saya merasa setiap kali saya datang ibadah tidak mendapat berkat dari apa yang disampaikan.  Saya tidak bisa belajar banyak dari beliau, serasa apa yang dia sampaikan sudah saya ketahui semuanya”  Ucapnya.   Tetapi pendeta tersebut bertanya kepada jemaat tersebut, “Pak betulkah bapak tidak bisa belajar sesuatu dari pendata bapak?”  Betul Pak!, jawabnya.  Kemudian pendeta tersebut berkata, “bapak, bapak tetap masih bisa belajar satu hal, yaitu belajar rendah hati.”

Pelajaran rendah hati adalah sebuah mata pelajaran penting di dalam sekolah kehidupan.  Tidak bisa dipungkiri bahwa rendah hati menjadi sesuatu yang sangat langka dan sekaligus sangat dibutuhkan oleh setiap manusia yang ada di dalam dunia ini. Tetapi yang menarik adalah Yesus mengajarkan kepada setiap orang yang percaya agar memiliki sikap yang rendah hati.  Bagaimana caranya bisa rendah hati?  Tentu kita harus bertobat dari manusia lama kita (keegoan, kesombongan, arogansi dll).  Namun kemudian Yesus berkata bahwa untuk bisa menjadi rendah hati kita perlu berguru kepada-Nya atau dengan kata lain belajar kepada Yesus.  Mengapa harus belajar kepada Yesus? Karena standar rendah hati kita harus sesuai dengan kerendahan hati Yesus.  Kerendahan hati Yesus sangat tampak ketika Dia rela mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa sebagai hamba menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan-nya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.  Hasilnya adalah Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.  Akhirnya begitu banyak orang yang diselamatkan karena kerendahan hati-Nya.  Mari kita belajar rendah hati sama seperti Yesus.  Semakin dalam kita belajar kepada-Nya, dan semakin dalam juga kita dibawa oleh-Nya menjadi pribadi yang rendah hati. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara