Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur. Mazmur 143:7
Seorang pria mendatangi seorang sufi yang diseganinya, “Tabib, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.” Sang sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.” “Tidak sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” tolak pria itu. “Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”
Pria itu bingung. Pikirnya setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yg ini sebaliknya dan justru menawarkan racun. Sesampainya di rumah, ia minum setengah botol racun yang diberikan Sufi tadi. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya yang sudah lama tidak pernah ia lakukan. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang bersama keluarga yang diajaknya. Sebelum tidur pun, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”
Besok paginya dia bangun tidur, membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi. Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, dan satunya untuk istrinya. Istrinya yang merasa aneh, kemudian terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku ada salah ya. Maafkan aku ya sayang?”
Kemudian dirinya mengunjungi ke kantornya, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat yang berbeda. Ia seperti mulai menikmatinya. Pulang sampai rumah jam 5 sore, ternyata istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya, “Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu.” Demikian halnya dengan anak-anaknya yang berani bermanjaan kembali padanya.
Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan racun yang terlanjur sudah ia minum?
Bergegas ia mendatangi sang Sufi, dan bertanya cemas mengenai racun yang telah sebelumnya ia minum kemarin. Sang Sufi dengan enteng mengatakan, “Buang saja botol itu. Isinya hanyalah air biasa kok. Dan saya bersyukur bahwa ternyata kau sudah sembuh.” “Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini. Maka leburkan “belenggu egomu”. Satu kata untukmu, “Bersyukurlah”. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah kunci kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan”. (inmotivasi.blogspot.com)
Saya rasa cerita di atas bukanlah sebuah cerita fiktif belaka, tetapi pada realitanya cerita tersebut di alami oleh banyak orang karena mereka merasa bahwa semangat hidup mereka telah habis dan tidak mampu menanggungnya lagi. Seolah-oleh mereka sudah tidak berdaya menghadapi kenyataan yang ada. Saat bergelut menghadapi dilema kehidupan yang tidak mudah itu, biasanya yang terlintas dalam pikiran kita adalah "jalan pintas", ingin mengakhiri hidup saja.
Daud dalam doanya kepada Tuhan berkata, "Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur." Mazmur 143:7. Tidak mudah memang menghadapi keadaan yang sulit; saat keadaan rumah tangga yang hancur, bisnis merugi, pekerjaan yang berantakan, pelayanan yang tidak berkembang seperti yang diharapkan, di tinggalkan oleh orang yang kita kasihi dan kalah dalam persaingan, bahkan masuk dalam kondisi seperti yang dihadapi oleh Daud dikejar oleh musuh yang hendak menghabisi nyawanya. Keadaan itu sungguh amat berat.
Meski pun demikian, Daud tidak memilih jalan pintas, ia dapat terus melihat tangan Tuhan yang penuh kasih. Dan ia mengharapkan campur tangan-Nya di dalam pergumulan yang dialami. Bagi Daud, setiap pergumulan yang berat dan meski sudah habis semangatnya, tidak harus di akhiri dengan "kematian" meskipun apa yang sedang dialami seolah-olah telah membawanya masuk dalam keadaan "turun keliang kubur" tetapi hidupnya yang ada sekarang ini harus terus dijalani dengan kuat kuasa tangan Tuhan yang adalah sumber kekuatannya. Karena itu ia segera meminta Tuhan untuk menolongnya dan menjawab doanya.
Rekan seiman yang terkasih, Daud telah memilih cara yang benar dalam menghadapi beban beratnya. Datang kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya adalah cara yang tepat. Karena bagi Daud, Ia bukanlah Allah yang tinggal diam saat gelombang hidup menghadang. Namun Ia akan segera datang menolong kita tepat pada waktu-Nya. Karena itu, tetaplah berharap dan percaya kepada-Nya.
Seorang pria mendatangi seorang sufi yang diseganinya, “Tabib, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.” Sang sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.” “Tidak sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” tolak pria itu. “Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”
Pria itu bingung. Pikirnya setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yg ini sebaliknya dan justru menawarkan racun. Sesampainya di rumah, ia minum setengah botol racun yang diberikan Sufi tadi. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya yang sudah lama tidak pernah ia lakukan. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang bersama keluarga yang diajaknya. Sebelum tidur pun, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”
Besok paginya dia bangun tidur, membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi. Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, dan satunya untuk istrinya. Istrinya yang merasa aneh, kemudian terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku ada salah ya. Maafkan aku ya sayang?”
Kemudian dirinya mengunjungi ke kantornya, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat yang berbeda. Ia seperti mulai menikmatinya. Pulang sampai rumah jam 5 sore, ternyata istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya, “Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu.” Demikian halnya dengan anak-anaknya yang berani bermanjaan kembali padanya.
Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan racun yang terlanjur sudah ia minum?
Bergegas ia mendatangi sang Sufi, dan bertanya cemas mengenai racun yang telah sebelumnya ia minum kemarin. Sang Sufi dengan enteng mengatakan, “Buang saja botol itu. Isinya hanyalah air biasa kok. Dan saya bersyukur bahwa ternyata kau sudah sembuh.” “Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini. Maka leburkan “belenggu egomu”. Satu kata untukmu, “Bersyukurlah”. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah kunci kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan”. (inmotivasi.blogspot.com)
Saya rasa cerita di atas bukanlah sebuah cerita fiktif belaka, tetapi pada realitanya cerita tersebut di alami oleh banyak orang karena mereka merasa bahwa semangat hidup mereka telah habis dan tidak mampu menanggungnya lagi. Seolah-oleh mereka sudah tidak berdaya menghadapi kenyataan yang ada. Saat bergelut menghadapi dilema kehidupan yang tidak mudah itu, biasanya yang terlintas dalam pikiran kita adalah "jalan pintas", ingin mengakhiri hidup saja.
Daud dalam doanya kepada Tuhan berkata, "Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur." Mazmur 143:7. Tidak mudah memang menghadapi keadaan yang sulit; saat keadaan rumah tangga yang hancur, bisnis merugi, pekerjaan yang berantakan, pelayanan yang tidak berkembang seperti yang diharapkan, di tinggalkan oleh orang yang kita kasihi dan kalah dalam persaingan, bahkan masuk dalam kondisi seperti yang dihadapi oleh Daud dikejar oleh musuh yang hendak menghabisi nyawanya. Keadaan itu sungguh amat berat.
Meski pun demikian, Daud tidak memilih jalan pintas, ia dapat terus melihat tangan Tuhan yang penuh kasih. Dan ia mengharapkan campur tangan-Nya di dalam pergumulan yang dialami. Bagi Daud, setiap pergumulan yang berat dan meski sudah habis semangatnya, tidak harus di akhiri dengan "kematian" meskipun apa yang sedang dialami seolah-olah telah membawanya masuk dalam keadaan "turun keliang kubur" tetapi hidupnya yang ada sekarang ini harus terus dijalani dengan kuat kuasa tangan Tuhan yang adalah sumber kekuatannya. Karena itu ia segera meminta Tuhan untuk menolongnya dan menjawab doanya.
Rekan seiman yang terkasih, Daud telah memilih cara yang benar dalam menghadapi beban beratnya. Datang kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya adalah cara yang tepat. Karena bagi Daud, Ia bukanlah Allah yang tinggal diam saat gelombang hidup menghadang. Namun Ia akan segera datang menolong kita tepat pada waktu-Nya. Karena itu, tetaplah berharap dan percaya kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar