Langsung ke konten utama

Kenikmatan yang membinasakan

Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan
Pengkhotbah 11:9-10



Bagian ini memberitahukan kepada kita tentang hidup yang perlu dinikmati sebagaimana mestinya.  Bukanlah hal yang tabu menikmati kehidupan yang ada di dalam dunia.  Semua boleh kita nikmati dengan sukacita di dalam masa muda.  Penulis kitab Pengkhotbah seakan mendorong kita untuk menikmati dan menuruti keinginan hati dan pandangan mata.  Adalah sesuatu yang wajar sebagai manusia kita memenuhi keinginan hati dan mata kita.  Apa yang Allah ciptakan di dalam dunia ini dan dihasilkan oleh karya manusia boleh kita nikmati dengan bebas.  Namun semua perlu aturan yang tepat sehingga diperlukan bijaksana dan kecerdasan akal sehingga tidak berprilaku salah.  Semua yang ada di dalam dunia ini Tuhan berikan agar dikuasai oleh manusia, bukan sebaliknya.  Jangan sampai posisi menjadi terbalik, yakni manusia menjadi dikuasai oleh hal-hal yang ada di dalam dunia ini.  Tetapi ada hal yang perlu diketahui bahwa Tuhan akan membawa masing-masing orang untuk menghadap-Nya, mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada-Nya.  Pengadilan adalah menjadi tempat yang tepat untuk mengadili seseorang, apakah ia terdapat sebagai orang benar atau orang yang salah dalam menjalani kehidupan.  Dan Allah membawa tiap-tiap orang ke pengadilan yang sangat serius dan penuh wibawa. Dibalik kebebasan yang diberikan, ternyata ada pertanggungjawabn yang perlun dilakukan manusia kepada Tuhan.

Hidup dijelaskan seakan berada dalam kesia-siaan namun bukan berarti tidak memiliki makna sehingga kita harus menderita dan berada dalam kesedihan tetapi hidup itu fana adanya.  Sekali muda, hendaklah pergunakan masa muda dengan bijksana dan penuh makna bukan hanya dalam dampak yang sementara namun lakukan sesuatu yang berdampak pada kekekalan.  Sukacita yang penuh adalah bagaimana seseorang bisa mengukir suatu karya di dalam dunia yang sementara ini.  Tidka memboroskannya untuk sesuatu yang tidak perlu namun menjalaninya dengan penuh hikmat.  Tuhan tidak melarang seseorang untuk menikmati dunia ini, namun yang Ia larang adalah keterikatan kita akan dunia ini.  Lakukan sesuatu yang baik dan benar sekali kita bernafas.  Memberi dampak yang baik bagi sesama dan keluarga.  Pada akhirnya kita bisa menemukan diri berada di pangkuan sang kuasa untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita perbuat, kepada-Nya.Kiranya masa muda menjadi masa yang penuh makna dan penuh sukacita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara