Langsung ke konten utama

Nasionalisme



Ketika Nehemia mendengar dari orang sebangsannya bahwa tembok Yerusalem telah roboh dana terbakar maka hatinya sangat sedih dan tersentak serta bertekad untuk membangun kembali tembok yang telah roboh itu. Karena itu, ia meminta surat ijin dari raja Artasasta untuk kembali ke Yerusalem dan membangun tembok yang roboh tersebut. Keinginannya itu disampaikan kepada orang-orang sebangsanya "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela (Nehemia 2:17)." Maksud dari pembangunan tembok itu sangat jelas, agar nama bangsanya dan Tuhan mereka tidak dicela. Selain sebagai keamanan, tembok tersebut adalah simbol harga diri dan martabat suatu bangsa. Mengapa ia ingin kembali membangun tembok itu? Karena ia mengasihi Tuhan dan bangsanya.

Kita baru saja merayakan HUT RI ke-71 Tahun. Negara kita adalah negara yang kaya, setidaknya itulah yang sering diucapkan oleh para pujangga dan dunia tentang negeri kita. Kita menanam, semua bisa tumbuh dengan subur. Namur sangat ironis, dikatakan sebagai negara kaya, tetapi kenyataannya kemiskinan merajalela. Karena itu, mereka yang sungguh-sungguh mencintai bangsa ini berusaha dengan sekuat tenaga untuk membangun kembali sistem pemerintahan yang sudah rusak. Membangun kembali pola kehidupan masyarakat agar hidup tertib demi kenyamanan bersama. Perbaikan jalan dan transportasi umum dilakukan. Kini dari Sabang sampai Marauke bisa merasakan sentuhan tangan pemimpin bagi negeri ini. Kini kita dibawa kepada kecintaan dan kebangaan terhadap bangsa Indonesia. Kita bangga memiliki pemimpin yang pro sistem kehidupan yang benar dalam bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan masyarakat.

Tentu perjuangan mereka tidak mudah karena banyak pro dan kontra di sana sini. Memang satu kata yang dibutuhkan, terkadang untuk nasionalisme sejati kita butuh perjuangan dengan berani dan mengorbankan diri untuk kepentingan sebuah bangsa.
Mungkin bukan hanya sistem disuatau negara yang rusak tetapi secara pribadi masing masing kita perlu introspeksi, apakah hubungan kita dengan Tuhan baik atau rusak? Mari kita membangun hubungan intim kembali dengan-Nya. Demikian juga bila kita merasakan kehidupan keluarga kita sudah hancur, robok dan retak, maka masih ada tangan Tuhan yang sangguh menolong kita untuk membangunnya. Memang tak mudah, tetapi butuh usaha dan kerja keras dalam pimpinan Tuhan. Apakah usaha, pekerjaan, pelayanan dan semua bidang yang kita geluti sedang dalam goncangan atau roboh? Tuhan tentu menjadi sandaran dan kekuatan bagi setiap orang yang mengasihi-Nya. Miliki sikap nasionalsme yang benar dengan hidup takut akan Tuhan, dan berjalan dalam kasih-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara