Menjadi Kristen tentu tidak cukup hanya sekedar datang ke gereja, beribadah, mendengarkan khotbah, memuji Tuhan melalui puji-pujian atau melakukan aktivitas gereja lainnya sehingga kita merasa sudah cukup puas dan nyaman di sana. Namun pertanyaannya adalah apakah kita sudah menjadi orang Kristen yang berakar kuat, sehingga tak kala berbagai masalah, tantangan dan aniaya serta pengajar sesat itu datang kita sudah siap untuk menghadapinya.
Berbicara tentang berakar berarti berbicara tentang kedalam persekutuan pribadi kita dengan Tuhan yang kita percaya. Kita betul-betul mengenal Dia, mengerti firman-Nya dan berjalan seturut kehendak-Nya. Jadi bukan soal berapa banyak aktivitas rohani yang kita ikuti tetapi berbicara seberapa kuatkah kita menikmati persekutuan dengan-Nya di hari-hari hidup kita. Semakin dalam persekutuan kita dengan-Nya itu menjadi semakin lebih baik dan sehat. Iman kita tak sekedar iman yang recehan, di dasarnya saja, namun masuk sampai pada titik yang terdalam.
Kata kunci yang sangat penting sebagai murid adalah, kita berjalan
bersama dengan Dia disetiap hari, tantangan pergumulan menjadi pembentuk
dan penyebab untuk kita semakin berakar dan bersandar pada kekuatan
tangan-Nya. Sehingga hempasan angin yang keras sekalipun tidak akan
pernah bisa merobohkan persekutuan kita dengan-Nya. Itu sebab Yesus
berkata bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat memisahkan kita dari
kasih-Nya, termasuk kematian sekalipun karena akar itu begitu kuat dan
dalam sehingga kekuatan akar yang dalam itulah yang menjadi penyatuan
yang kuat itu. Itu sebab Paulus berkata, "Hendaklah kamu berakar di
dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam
iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
dengan syukur." Kolose 2:7. Akar yang sejadi tentu dibangun di atas
iman yang sehat karena berita injil yang telah diterima dan tolak
ukurnya bukan pada kekuatan diri namun di bangun di atas Kristus Yesus.
Komentar
Posting Komentar