Yakobus 3:1-18 memberitahukan tentang pentingnya bagi tiap orang percaya untuk mengusai lidahnya. Pepatah berkata, "lidah tak bertulang." Memang itu adanya, ia lentur dan bisa dengan mudah kita menggoyangnya. Namun dari lidah tanpa kita sadari ternyata kita bisa mengeluarkan racun yang berbisa dan bisa mengeluarkan air sejuk yang menyegarkan. Ternyata memang meski ia kecil, ia hanya butuh kendali dari si penggunanya. Seorang guru misalnya baiklah menjadi guru yang mempergunakan lidahnya untuk mengajarkan sesuatu yang benar bagi pengikutnya. Karena bila dia sendiri salah dalam mengajarkan maka dampaknya bukan hanya dirinya sendiri yang tersesat tetapi pengikutnya pun bisa mengalami kesesatan yang menimbulkan kebinasaan. Itu sebab sebetulnya bukan jabatan gurunya tetapi ajaran gurunya itu bagaimana? Ia bisa menyesatkan namun kalau dipergunakan dengan baik maka ia bisa menjadi pembakar semangat dan alat kemegahan di dalam diri seseorang. Itu sebab kita boleh bangga dengan ini dan itu yang kita miliki. Kita bisa menjadi pawang ular, pawang binatang buas dan berbisa lainya namun kita harus tahu bahwa kalau kita tidak bisa menjadi pawang lidah kita maka sebetulnya kita telah kehilangan identitas diri sebagai orang percaya. Lidah kita bisa menjadi identitas kita yang luar biasa. Ia bisa menjadi image bagi kita yang bermakna namun ia juga bisa menjadi pemburuk citra. Karena itu jangan pernah anggap remeh sesuatu yang kecil yang Tuhan berikan. Ia kadang bisa menjadi alat untuk kemuliaan Tuhan namun bila disalah gunakan ia juga bisa menjadi alat yang dipakai oleh setan. Dengan lidah kita bisa menipu, mengajarkan sesuatu yang salah, bisa munafik tetapi dengan lidah seseorang bisa meneguhkan, memberkati dan membawa orang berjumpa dengan Tuhan. Karena itu lidah yang dikuasai menjadi lidah yang mulia dan bermakna.
Orang yang benar harusnya memegang hikmat dan memilih kehidupan yang benar. Lidah yang kacau akan menghasilkan kekacauan di dalam diri seseorang dan orang lain yang mendengarkan. Banyak orang yang menjadi kacau hidupnya karena lidah yang tak terkontrol. Selain itu, mereka juga tidak mau belajar banyak sehingga terkadang terlihat fasih berbicara namun tidak memiliki makna. Yang sebetulnya apa yang diucapkan hanyalah suara gong yang sekedar bersuara tanpa gema yang hidup. Itu sebab kiranya gereja pun perlu bijak dalam kehidupan. Tak sekedar rohani di gereja, dengan kata-kata yang indah namun kelakukannya hancur dan menjadi batu sandung maka tak ada makna. Itu sebab hidup kristen harus mengalir pada jalur yang benar. Dan kiranya lidah kita menjadi lidah yang bisa dipegang, dipercaya dan mengisi hidup tiap-tiap orang dengan makna.
Komentar
Posting Komentar