Jadilah padaku karena aku seorang hamba (Lukas 1:38), menjadi point penting bagi seseorang dalam memahami arti kehidupan beriman. Sebab iman bukan berdasarkan jadilah kehendakku namun harusnya jadilah mau-Mu. Mau-Mu dan mau si aku seringkali menjadi mau yang tak bisa sejalan. Padahal tujuan hidup kita harusnya percaya dengan apa yang Tuhan tetapkan. Di dalam membiarkan kehendak-Nya yang jadi maka sebetulnya kita sedang menaklukan kehendak kita di bawah kehendak-Nya yang mulia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa cenderung menghambakan diri pada keinginan daging dan berjalan dengan tujuan yang ditetapkan berdasarkan pemahamannya sendiri. Yang menurutnya baik, itulah yang dianggap sebagai suatu kebenaran. Yang dianggap lebih masuk akal itulah yang sering dijalankan. Namun dalam hal ini tentu tak disangka bagaimana datangnya maunya Tuhan pada Maria yaitu ia melahirkan seorang Anak laki-laki yang di namakan Yesus - Mesias Sang Juruselamat. Akal manusia berkata bahwa tak mungkin Sang perawan melahirkan, lebih mungkin dan lazim kalau seseorang yang sudah lama tidak dapat anak menjadi melahirkan atau seorang yang sudah lanjut usia memiliki keturunan. Karena memang Alkitab pun mencatat kisah Sara dan Elizabeth misalnya yang sudah lama tak memiliki anak bahkan pada titik mustahil di usia tua, Tuhan memberikan keturunan kepada mereka. Namun sebetulnya bukan masalah Tuhan sanggup atau tidak tetapi apakah kita setuju atau tidak dan membiarkan Tuhan mengukir karya-Nya dalam kehidupan kita? Cerita Allah tentu menjadi cerita yang penuh sukacita tak kala kita mulai mengerti kehendak Allah di dalamnya.
Kehadiran bayi Yesus ke dalam dunia menyampaikan suatu pesan bahwa Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Memang tidak semua orang dipilihnya sebab pemilihan itu terbatas bahkan tidak semua Israel dipilihnya karena ternyata pemilihan hanya untuk sisa-sisa Isreal, yaitu mereka yang percaya dan memuliakan Dia. Karena itu berbahagialah orang yang dikaruniai Allah sama seperti Maria karena di dalam karunia itu ia mendapatkan anugerah khusus dari-Nya. Anugerah yang hanya berjalan, bergerak dan diterima oleh mereka yang memiliki hati seorang hamba Tuhan. Jadi bingkai kehidupan kita semestinya menjadi bingkai yang penuh pengabdian dan tampa hitung-hitungan. Saat kita mulai berhitung maka kita yang rugi karena kita menolak kesempatan yang indah untuk melayani-Nya. Tuhan memakai Maria bukan karena dia lebih hebat daripada wanita yang lain, namun kepada-Nya dikaruniakan kesempatan untuk menjadi alat Tuhan. Tuhan bisa memakai banyak wanita untuk menjadi alatnya kalau Maria tidak bersedia, namun menariknya Maria menangkap dan mempergunakan kesempatan yang indah itu untuk mengukir diri dalam ketaatan pada ketetapan dan kehendak Tuhan.
Karena itu, mari kita belajar berkata "jadilah padaku seperti yang Tuhan mau." Mau belajar setuju dengan jalan-jalan Tuhan meski jalan itu tak mudah. Mau memahami bahwa "kemustahilan" bukan hal yang tanpa tujuan dan kebaikan. Di dalam iman kita mau belajar untuk menerima apa yang Tuhan tetapkan dan tidak berusaha menetapkan apa yang kita terima seperti yang sering dilakukan oleh orang beragama. Kiranya Tuhan menolong kehidupan kita, Tuhan Yesus memberkati.
Komentar
Posting Komentar