Terlihat baik, belum tentu baik.
Terlihat suci, belum tentu suci. Karena itu, tidak ada manusia yang perlu
dipuji-puji dan dipuja-puja.
Jauh tercium harum, dekat tercium
busuk. Kalau cuma bau harum saja yang tercium olehmu saat ini, mungkin
engkau belum cukup dekat dengannya sampai busuk-busuknya bisa tercium.
Kuasa dosa sudah merasuk terlalu dalam.
Baik pikiran, perkataan, dan
perbuatan manusia, tidak ada lagi yang terbebas dari dosa. Karena itu, tidak ada manusia yang
pantas dipercaya 100%. "Belum" bukan berarti "tidak akan".
Yesus pernah mengajukan tantangan di depan
khalayak ramai, "Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat
dosa?"[1]
Sudah hampir dua ribu tahun berlalu, belum
ada satu orang pun yang bisa menemukan dosa-Nya. Allah tidak bisa berbuat dosa; tidak bisa berdusta. Tidak
ada manusia, sesuci apapun, yang berani menanyakan hal serupa, karena bukti
dosa-dosanya pasti tercecer di mana-mana.
Yesus berani bertanya seperti itu karena
Ia adalah Allah, tapi juga manusia; manusia, tapi juga Allah. Satu pribadi, tapi
dua natur. 100% manusia, 100% Allah.
Sebaliknya, Alkitab dengan tegas
menyatakan hati SETIAP manusia begitu jahat dan licik. “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala
sesuatu, hatinya sudah membatu. Siapakah yang dapat mengetahuinya?” tanya
Yeremia.[2]
Karena itu, orang Kristen diminta menjaga
hatinya baik-baik. Proses
memurnikan hati harus dilakukan sungguh-sungguh dan terus-menerus. John Owen menyatakan: di
dalam hati setiap manusia hidup si "pengkhianat", yang setiap saat bersedia
menjual hidupmu kepada iblis.
Si "pengkhianat" ibarat virus
flu di dalam tubuhmu. Bahwa engkau sekarang tidak bindeng dan ingusan, tidak
berarti ia tidak ada.
Ia cuma sedang tiarap, menunggu
kondisimu lemah untuk beraksi. Jika
hatimu sendiri saja tidak pantas dipercaya, harus dijaga dengan penuh
kewaspadaan, lantas kenapa engkau berpikir hati orang lain boleh dipercaya?
Yesus yang bisa engkau percayai 100%, malah engkau ragukan
perkataan-Nya.
Yesus yang harus engkau taati 100%, malah engkau abaikan perintahNya.
"Apabila Aku mengatakan
kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?" tanya Yesus.[3]
Penulis,
Yonghan
Komentar
Posting Komentar