Langsung ke konten utama

Hidup menurut standar Allah

Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku   
dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu.  
Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku.  
Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN. 
Imamat 18:4 - 5.

Hidup menurut standar Allah tidak selalu enak namun dapat dipastikan ketika kita taat berada di sana, dengan segera kita akan tahu bahwa itulah tempat yang tepat. Allah meminta umat-Nya untuk hidup menurut standar-Nya bukanlah tanpa alasan. Ia hendak memanggil umat-Nya agar mempunyai standar hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Sehingga Umat-Nya diminta untuk melakukan peraturan-Nya dan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya.

Dengan demikian nilai-nilai kerajaan Allah dihidupkan di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Allah. Dan kehidupan yang mereka hadirkan menjadi berbeda serta berdampak bagi dunia sekitar. Mengapa hidup menurut standar Allah dianggap sebagi cara hidup yang lebih tinggi daripada cara hidup bangsa yang tidak ber-Allah? Karena Dialah Allah yang menciptakan lagit dan bumi, termasuk kita dan Dialah Allah yang berkuasa atas segala mahkluk hidup.  Dan Dia Allah yang layak mengatur kehidupan kita dengan ketetapan-Nya. Dan ketetapan-Nya adalah ketetapan damai sejahtera untuk mendatangkan hari depan yang penuh harapan bahkan mendatangkan kehidupan bagi kita. Karena itu, kita sebagai umat pilihan-Nya seharusnya menyambutnya dengan hati yang limpah syukur dan mengerjakan standar Allah dalam kehidupan kita. 

Sedangkan bagi mereka yang terus menerus membangun hidup tanpa berpegang pada ketetapan Tuhan, Alkitab berkata bahwa mereka seumpa orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir.  Dan pada suatu saat nanti akan melihat bagunan mereka roboh diterpa hujan dan angin.  Lalu tanpa mereka sadari sebenarnya mereka sedang berjalan di jalan yang licin dan berbahaya, pada akhirnya membuat mereka tergelincir dan jatuh karena mereka memilih untuk terus berjalan dalam kegelapan seturut dengan hidup kedagingan yang dikuasi oleh keinginan yang sangat rendah, hawa nafsu yang tinggi dan ambisi yang hampa.

Mengutip apa yang dikatakan oleh John C. Maxwell, dalam bukunya The Maxwell Leadership Bible dikatakan bahwa ada beberapa ciri orang yang menjalani kehidupan seturut standar Allah dalam hidupnya:

1.      Mereka mengadopsi nilai-nilai kehidupan yang saleh.
2.      Mereka mempedulikan kehidupan orang lain.
3.      Mereka hidup dalam integritas.
4.      Mereka menepati janji mereka.
5.      Mereka mengembangkan karunia dan potensi mereka.
6.      Mereka mengatur waktu dan uang dengan baik.
7.      Mereka mewariskan kepada orang lain apa yang telah mereka terima.

Jadi hiduplah seturut standar Allah dan jadilah terang bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Jadikan nilai-nilai kehidupan yang saleh sebagai gaya hidup.  Jangan pernah tergoda untuk ikut arus dunia ini.  Ingat itu tidak ada gunanya! Kita ada untuk menerangi dunia yang gelap ini. Seperti pesan Firman Tuhan, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  Matius 5:6.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara