Langsung ke konten utama

Saat Badai Itu Datang


Tiba-tiba angin ribut yang hebat sekali melanda danau sehingga perahu dipukul ombak. Pada waktu itu Yesus sedang tidur. Matius 8:24

Siapa yang tak pernah tertimpa badai hidup? Dapat dipastikan bahwa semua orang pernah mengalaminya.  Besar atau kecil itu tergantung dari permasalahan dan daya tahan menghadapinya.  Mulai dari masalah yang sangat serius sampai pada masalah yang yang sangat sederhana namun tentu saja semua masalah dapat menimbulkan goncangan dalam menapaki kehidupan.  Putus dari pacar, putus hubungan kerja, masalah keuangan, terlilit hutang, perceraian dan hubungan keluarga, perusahan koleps dll.  Banyak hal yang bisa menimbulkan badai dalam hidup. Tentu hal itu tak hanya kita yang mengalaminya, tetapi sebetulnya banyak orang mengalami hal yang sama.

Perjalanan hidup memang tak semudah dan seindah yang kita pikirkan.  Terkadang hal yang kita impikan justru tidak terjadi, namun sebaliknya yang tak pernah diundang justru datang menyapa kehidupan. Kehidupan ini memang rumit tetapi menarik untuk dijalani, terkadang kita menaruh mimpi penuh sensasi namun ada saatnya merasa putus asa dan tak ada selera untuk menjalaninya.  Inilah hidup yang sesungguhnya tak selamanya manis dan tak selalu pahit adanya.  Pahit dan manis datang silih berganti dan keduanya memberi makna yang indah dalam kehidupan. Karena dengan adanya rasa pahit kita jadi tahu apa rasanya manis.  Dan dengan adanya manis kita tahu apa rasanya pahit.  Itu sebab mereka yang pernah mengalami getirnya hidup dan pahitnya pengalaman, bisa banyak belajar dan mengevaluasi diri.  Mereka bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dan tak bertindak semaunya.  Bayangkan saja bila seseorang terus senang dan tak pernah mengalami goncangan maka dapat dipastikan mereka tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya mengalami kesulitan hidup.  Biasanya anak yang terbiasa mengalami hidup susah mereka akan bertahan dalam menghadapi permasalahan ketimbang mereka yang sudah terbiasa dimanja dengan hidup enak.  Kesulitan dapat membentuk seseorang untuk memahami arti persaudaran, berbagi dan peduli kepada sesama.  Air mata bukan barang langka melainkan makanan biasa tetapi merupakan suatu sukacita saat mampu menjalaninya. Air mata dan sukacita adalah saudara kembar yang saling membantu dalam membentuk keharmonisan hidup.

Badai hidup bukan suatu masalah yang besar.  Karena kita sadar bahwa semua badai pasti berlalu. Dan itu perlu.  Badai besar dan badai kecil bukan masalah, masalahnya adalah bisakah kita tetap melaju di atas semua badai itu.  Tak perlu menggerutu dan merasa pilu karena memang semua kejadian tak lepas dari pimpinan sang penjunan.  Yesus adalah nakhoda hidup yang sejati.  Ia tak pernah membiarkan kita sendiri menghadapi semua pergumulan itu. Tinggal respon kita dan seperti apa kita menghadapinya. Saya memiliki banyak teman yang berjuang menghadapi pergumulan hidup yang tak ringan.  Ada yang mengalami masalah keluarga yang luar biasa beratnya, setiap kali bercerita dia selalu meneteskan air mata.  Pergumulan itu bergitu berat dan ingin mati rasanya. Memang terkadang tak masuk logika namun yang pasti itulah yang terjadi.  Ada yang bercerita kalau dia ditipu oleh teman baiknya ber-M, M bilangannya.  Tetapi ada juga yang bercerita bahwa dia diputuskan oleh tunangannya dan tunangannya memilih untuk menikah dengan yang lain.  Semua itu fakta, namun siapakah yang kita undang untuk turut berkerja di dalam setiap masalah yang kita hadapi? Itu pertanyaannya.  Maka usul saya adalah biarkan Yesus yang memimpin, bekerja dan memberikan bijaksana sehingga semuanya boleh dihadapi dengan kekuatan tangan-Nya.  Pada saatnya kita tahu dengan pasti bahwa Allah yang dipercaya turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.  Jalanilah hidup dan berpeganglah tangan-Nya serta jangan pernah berputus asa!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara