Langsung ke konten utama

Respon terhadap penderitaan

Perhatikanlah pekerjaan Allah! Siapakah dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan-Nya? Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya. Dalam hidupku yang sia-sia aku telah melihat segala hal ini: ada orang saleh yang binasa dalam kesalehannya, ada orang fasik yang hidup lama dalam kejahatannya. 
Pengkhotbah 7:13-15



Penderitaan sekan menjadi teman pengembira di dalam perjalanan kehidupan yang tak bisa kita hindarkan. Tentu penderitaan bisa tampil dan datang dalam berbagai wujud.  Tak ada yang senang dengan penderitaan, kebanyak orang ingin menghindari dan mengakhiri dengan cepat.  Namun apa dikata, kita tidak bisa menahan dan memesan kehadiran penderitaan itu.  Secara logis penderitaan itu datang sebagai penyebab manusia jatuh dalam dosa.  Ketika Hawa melahirkan, maka ia harus melahirkan dengan kesusahan.  Ketika Adam berusaha, maka dia harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari penghasilan keluarganya.  Keharmonisan diantara manusia pun menjadi renggang dan muncul kebencian serta pertikaian yang tak terhindarkan. Dosa telah menyebabkan penderitaan, demi penderitaan masuk ke dalam hidup manusia.  Namun ada juga jenis penderitaan yang bukan terjadi karena dosa tetapi karena kehendak Allah yang ingin dinyatakan melaluinya.  Dalam kasus orang yang buta sejak lahir dan Ayub misalnya, mereka menderita karena kehendak Allah yang diingin dinyatakan melauinya.  Mungkin kita bertanya, apa-apa-an sih Tuhan kok membiarkan saya menderita untuk mencapai kehendak-Nya? Ini tentu perhatian yang sangat menarik.  Kalau kita menderita karena akibat logis dari perbuatan kita, maka kita seakan masih bisa terima semuanya itu.  Tetapi bila penderitaan itu terjadi karena kehendak Tuhan ingin dinyatakan seakan kita merasa itu bukan hal yang wajar.  Namun disinilah sebetulnya iman Kristen kita dibawa untuk memahami pekerjaan dan kehendak Tuhan di dalam dan melalui kita tidaklah sesuatu yang enak dan nyaman saja.  Ada kalanya, Allah mengajak kita untuk berpastisipasi dalam pekerjaan-Nya, untuk menyatakan kemuliaan-Nya kepada dunia melalui penderitaan yang kita terima.  Namun di dalamnya, Allah tahu persis kesanggupan kita dan Dia membawa kita untuk berjalanan bersama-Nya melewati setiap penderitaan itu.  

Dalam hal ini kita harus melihat bahwa penderitaan itu adalah pekerjaan Allah yang tak seorang pun dari manusia yang dipilih-Nya dapat menolak.  Memang secara sadar kadang kita tidak sudi menerimanya, namun mereka yang tahu penderitaan yang dialaminya untuk menyatakan pekerjaan Tuhan maka mereka berusaha untuk menjalaninya dengan penuh gembira dan suka.  Paulus berkata,  "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemulian kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami" (2 Korintus  4:7).  Ternyata cara pandang atau konsep Paulus terhadap penderitaan itu telah mengalami pembaharuan yang luar biasa.  Dulu dia berani menderita dan berjuang untuk menghancurkan orang percaya dan demi memenuhi hukum Taurat.  Kini dia berani menderita demi memenuhi hukum Allah yang berkerja di dalam kehidupannya.  Menurutnya, penderitaan yang ia tanggung adalah penderitaan yang ringan dan berdampak pada sukacita yang penuh di dalam kekekalan.  Dibalik penderitaan ada kemuliaan yang Ia sediakan.  Banyak orang percaya yang sebetulnya memahami penderitaan dengan salah.  Bagi mereka orang yang menderita adalah orang yang dikutuk atau tidak diperkenan TUhan. Terkadang penderitaan dianggap merupakan suatu penyebab dari kesalahan orang itu.  Padahal kalau kita perhatikan Alkitab maka penderitaan bagi orang percaya adalah suatu anugerah yang Tuhan ijinkan untuk dialami karena Tuhan tahu bahwa penderitaan yang mereka terima tidak melebihi kekuatannya. 

Apakah dengan membiarkan kita menderita Allah tidak mengasihi kita? Orang dunia mempunyai konsep bahwa kalau Allah mengasihi maka Ia akan memberkati manusia dengan kenyamanan hidup.  Bebas dari cobaan, tantangan, penderitaan dan persoalan hidup.  Tentu kasih Allah tidak bisa diikut dari satu sisi saja, karena ternyata bahwa bagi Allah hari malang pun bisa menjadi hari yang mujur bagi seseorang.  Kemalangan tidak diidentik dengan ketidakhadiran kasih Allah.  Kasih Allah sempurna dalam lika liku kehidupan manusia. Memang manusia tak mudah memahaminya, termasuk tentang masa depannya namun perlu bagi manusia memahami bahwa tangan Allah selalu berserta.  Allah merajut kita dari titik yang satu kepada titik yang lain, ada saatnya kita berada dalam rasa pahit, gelap dan tak berdaya.  Entah itu karena sakit, masalah keluarga, pekerjaan, tidak dimengerti, keuangan dan lainya.  Namun ada saatnya juga bagi kita untuk melihat cahaya terang, rasa manis dan mengalami kekuatan yang penuh.  Kiranya iman kepada-Nya tidak beranjak disemua situasi kehidupan kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara