Langsung ke konten utama

Hati Nurani yang Murni



Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia. Kisah Rasul 24:16

“Hati nurani adalah inti yang paling rahasia dan tempat suci manusia. Di sana ia berada sendirian dengan Allah, suara Siapa bergema di dalam lubuk hatinya.”   Penjelasan ini diambil dari dokumen resmi Gereja Katolik. Namun penjelasan itu, tentu tidak final karena sebetulnya hati nurani yang benar adalah hati nurani yang  bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan manusia.  Dua hal tersebut terikat satu sama lain dan membawa manusia kepada dua pemahaman yang sangat penting dalam memahami hati nurani itu sendiri.  Kemutlakan hati nurani pertama-tama menunjuk kepada Allah karena penilaian suara hati nurani diadakan di hadapan tahta Allah.  Allah adalah pusat penentuan hati nurani yang sempurna.  Kemutlakan hati nurani bukan berdasarkan perasaan yang ada di dalam nurani diri manusia itu meskipun hal tersebut bisa dipakai oleh Allah untuk mengemakan maksud-Nya di dalam lubuk hati.  Nurani yang sudah tercemar oleh dosa perlu diterangi oleh kebenaran firman Tuhan.  Itu sebab sejak kecil anak-anak dari Bangsa Israel di ajarkan berulang-ulang firman Tuhan agar mereka memahami apa yang menjadi ketetapan kehendak Tuhan; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.  Nurani yang sudah dibentuk sejak kecil dan mengalami perubahan karena pertobatan (lahir baru), menjadi nurani yang murni.

Kata “nurani” berasal dari Bahasa Arab nur yang berarti terang, cahaya. Maka istilah itu sekaligus memberikan pemahaman yang mendasar tentang cahaya yang menerangi sanubari seseorang untuk memberikan keinsyafan akan kondisi moralnya sendiri. Cahaya ini merupakan kemampuan khas manusia dan juga salah satu ciri terpokok dalam esksistensi moral seseorang.  Dari manakah asal cahaya ini? Tentu dari sang sumber Cahaya sejati, yaitu Allah sendiri. Namun bagaimana caranya agar Cahaya itu bekerja secara maksimal? Maka yang terpenting yang perlu manusia lakukan adalah ia harus mengalami perjumpaan terlebih dahulu dengan pribadi terang dunia itu.  Yesus menyebut diri-Nya, “Akulah terang dunia ; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup Yohanes 8:12.  Bersama Dia, kita akan dibuat-Nya berjalan dalam terang yang sesungguhnya.  Terang itu dimiliki dan tetap adanya.  Karena itu hati nurani manusia yang sudah berjumpa dengan Kristus dan nurani yang masih dalam dosa berbeda kualitasnya. Yang satu membawa manusia berlaku dalam sikap moral semata, namun yang satu lagi lebih dari sikap moral maka adanya sikap spiritual yang teraktual. 

Hati nurani mempunyai dua peran yang sangat kuat.  Peran pertama adalah sebagai penuduh.  Ia memberikan tuduhan, penghakiman, mengingatkan, menimbulkan rasa bersalah dan rasa sesal. Ketika di dalam nurani datang tuduhan, penghakiman dll., maka sebenarnya hati nurani kita sedang berfungsi dengan baik dan benar.  Dan sangat berbahaya bila nurani kita sudah tidak memiliki kekuatan sensornya, artinya nurani kita diambang kematian. Seseorang yang dengan sengaja dan terus-menerus melanggar hati nuraninya akan mengalami kemerosotan pada tuntutan hati nurani itu dan akhirnya suara hati tidak bersuara lagi. Peran kedua adalah sebagai pendorong.  Yaitu ia mendorong seseorang agar mengerjakan suatu tindakan yang benar untuk menjadi seperti yang Tuhan mau.  Ketika seseorang telah berjumpa dengan Tuhan, maka di dalam hati nuraninya timbul suatu dorongan yang terus -menerus senantiasa untuk mengerjakan sesuatu yang mulia dan berharga baik bagi kemuliaan Tuhan maupun bagi kebahagiaan orang sesama. Secara praktis tentu hal ini dapat diwujud nyatakan dalam keseharian kita. Bagaimana kita berusaha dengan sungguh-sungguh dalam bekerja, melayani, dan hidup memelihara keluarga yang Tuhan percayakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara