Langsung ke konten utama

Mengapa jaman sekarang orang berbuat dosa tidak langsung dihukum Tuhan?

Membaca kisah Ananias dan Safira di dalam Alkitab kita serasa sangat terkejut dan takut dengan peristiwa itu sebab seakan tak ada ampun lagi di hadapan Tuhan.  Sementara kalau kita lihat pada kisah pelanggaran-pelanggaran yang lain di dalam Alkitab hampir jarang kita menemukan Allah sedemikian cepat dan tegasnya bertindak.  Semua hukuman yang Allah datangkan hampir karena suatu akumulasi peristiwa yang memang dilakukan berulang-ulang oleh seorang pribadi atau suatu bangsa karena menolak untuk bertobat. Pertanyaannya menjadi menarik saat kita mulai menjelajah pada kisah Ananias dan Safira, sepasang kekasih yang bersepakat untuk membohongi Rasul Petrus yang adalah utusan Tuhan. Kebohongan mereka menjadi tidak termaafkan karena ketika mereka menjual miliknya lalu mereka menyerahkan separuh namun mereka berbohong seakan sudah memberikan semuanya. 

Pada kisah ini, maka kita harus melihat dulu bahwa gereja mula-mula adalah gereja percontohan bagi gereja berikutnya.  Tuhan ingin membereskan suatu pemahaman dari awal tentang bagaimana hidup gereja yang seharusnya. Rasul-rasul adalah pemegang "otoritas" dalam menjalankan mandat Allah di dalam gereja perjanjian baru.  Sehingga suara dan berita yang mereka sampaikan adalah berita yang powerful karena otoritas Allah menaungi mereka.  Jadi ketika mereka berbohong kepada rasul yang adalah utusan Allah maka sebetulnya mereka juga sedang berbohong kepada Allah itu.  Allah Roh Kudus sangat serius dengan mereka yang berbohong sebab Dia tidak bisa dibohongi dan dikelabui oleh apa pun dan siapa pun.  Keseriusan dan ketegasan Alllah ini dinyatakan melalui hukumannya kepada Ananias dan Safira yang akhirnya membawa mereka kepada kematian.  Ini sekaligus mengajarkan kepada Jemaat bahwa Allah yang mereka percaya adalah Allah yang tidak bisa dipermainkan karena Dia tahu sampai ke dalaman hidup tiap-tiap orang.  Peristiwa itu menjadikan semua orang gentar dan belajar bahwa sebetulnya kejujuran menjadi bagian yang sangat penting untuk dihidupi di keseharian kehidupan.

Kalau ada orang yang melakukan kesalahan lalu Tuhan tidak segera menghukum, maka belum tentu Tuhan setuju dengan apa yang anda perbuat.  Bisa saja anda sengaja dibiarkan-Nya untuk menikmati dosa dengan leluasa.  Namun bukan berarti Allah melewatkan anda.  Itu sebab kalau kita melihat dari peristiwa Ananias dan Safira harusnya kita belajar bahwa sebetulnya kita tidak boleh bermain-main dengan dosa. Tuhan bisa saja terlihat menghukum karena ada pesan yang Ia ingin sampaikan kepada umat pada waktu itu. Namun Tuhan bisa saja terlihat tidak menghukum dan sengaja membiarkan seseorang menikmatinya dan mengeraskan hatinya.  Namun harus diingat bahwa semua hal yang kita perbuat akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.  Mungkin tidak sekarang ini namun nanti.  Mungkin tidak segera namun pasti ada. Untuk sementara terlihat lolos dan tidak dihukum mati namun dikemudian hari ia pasti mati dalam kekekalan dan kebinasaan.  Karena itu baiklah kita memahami bahwa belum mengalami bukan berarti tidak karena Dia adalah Allah yang serius.  Tinggal tunggu waktu-Nya untuk melaksanakannya. Karena itu segeralah datang pada-Nya dan bertobat sebelum terlambat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara