Langsung ke konten utama

Curang Demi Menang

Hanya demi menang maka dalam suatu laga ada orang yang tak sanggup bertanding dengan benar, lalu tak segan-segan berbuat curang terhadap lawan berbagai cara ditempuh agar terlihat unggul dan menempati posisi seperti yang dicari.  Kompetisi yang harusnya dijalani secara wajar dan terhormat harus tercoreng karena permainan dan ambisi sesaat.  Namun Amsal 22:8 berkata bahwa "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa."  Untuk sesaat kecurangan bisa terlihat menang dan mengalahkan kebenaran namun tanpa sadar sebetulnya orang curang sedang menabur kecurangan dan akan menuai suatu bencana.  Di manakah letak kelemahan orang curang?  Mereka tidak sadar dengan apa yang mereka perbuat.  Tentu sebagai orang percaya kita tidak habis pikir dan tidak menerima kenyataan kenapa kecurangan harus menang? Ini menjadi pertanyaan bagi banyak orang karena mereka bertanding dengan sikap yang tidak terhormat.  Menusuk lawan dari belakang atau membunuh dengan cara yang tak semestinya tentu menjadi celaan yang tak bisa dimaafkan.  Apalagi dalam tingkat seorang pemimpin yang harusnya menjadi panutan dan teladan bagi semua suku, agama, lapisan dan bagi semua orang.  Melalui kecurangannya sebetulnya ia telah kehilangan nilai diri dan kehilangan jiwa sebagai pemimpin sejati.

Perbuatan curang telah meluluh lantakkan logika manusia yang harusnya bersikap bijaksana kini menjadi ternoda.  Aksi iming-iming yang tak masuk akal dan pemberiaan uang serta sembako saja telah melemahkan mentalnya untuk berdiri dalam nurani yang murni.  Godaan sesaat telah memikat dan menjerat untuk bertindak tanpa hasrat yang dipimpin oleh hikmat.  Mungkin pikirnya yang penting aku dapat sesuatu, selanjutnya dia tidak perlu merasa bertanggungjawab atas apa yang diperbuat.  Kecurangan membuat kita meloloskan orang yang tidak berintegeritas untuk memimpin, kecurangan membuat kita kehilangan harga diri, kecurangan membuat kita membiarkan yang salah melakukan kesalahannya dan kecurangan membuat seorang pemimpin meraih ambisinya padahal dia belum siap berada di sana.  Tanpa mereka sadari mereka telah dibodohi, telah terpikat nikmat sesaat dan telah menyengsarakan banyak orang.  Masakan gara-gara sembako dan uang itu kita memutuskan untuk menyiksa kehidupan banyak orang.  

Curang demi uang harusnya kita lawan dengan kekuatan dan nalar yang jernih.  Marilah kita berdiri dengan integritas yang tinggi dan hidup terpuji.  Jangan biarkan dosa membawa kita terperangkap dalam dekapannya.  Apa pun itu, dosa harus dilawan dengan kuasa salib-Nya.  Mari kita berdiri bersama orang-orang yang membela hajat hidup banyak orang dan mendukungnya.  Jangan pernah takut dengan suatu intimidasi apa pun bentuknya.  Kita layak memilih orang yang tepat, yang menang dengan laga terhormat.  Percayalah bahwa orang menang dengan cara curang akan menabur  bencana namun orang yang menang karena benar dan berintegritas akan menabur kejayaan.  Jadilah pemimpin dan pribadi-pribadi yang benar dan tidak menabur kecurangan dalam hidup.  Aroma kecurangan memang menggoda namun celaka sekali bila kita terjerumus memuluskan kecurangan itu.  Akitbatnya banyak orang yang miskin, tidak bisa sekolah, tidak bisa berobat dan hidup menderita. Semoga tak terjadi dengan kita, kiranya kita hidup dengan langkah yang bijaksana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara