Langsung ke konten utama

Ketika Kematian itu Datang

Berita duka tentu sudah biasa di dengar oleh telinga kita bahkan mungkin dari antara kita pernah mengalaminya secara pribadi karena orang terdekat yang kita kasihi pergi pulang ke rumah Bapa di surga. Peristiwa itu tentu sangat menyedihkan dan memukul sebab tak semua orang siap dan mampu menahan emosi bahkan memiliki pemahaman yang baik tentang peristiwa yang sedang di hadapi.  Mudah bagi kita untuk memahami kalau orang tersebut mati tua ketimbang mati muda meninggalkan anak, atau suami atau istri, dll. 

Namun kita tak punya daya untuk menahan agar kematian itu tak datang meski berbagai hal mungkin sudah kita usahakan agar yang terbaik terjadi. Beberapa waktu lalu saya mendengar 6 orang di kampung saya mati tenggelam karena perahu yang ditumpangi karam menghempas batang pohon di pinggiran sungai.  Dan hari ini seorang rekan dan pelayan Tuhan juga masih ada hubungan saudara dipanggil oleh Dia sang pemilik hidup itu. 

Saat kita hidup suatu kenyataan yang harus kita tahu bahwa di ujung sana ada kematian yang menanti entah kapan dia datang namun yang pasti cepat atau lambat itu akan dialami tiap-tiap orang.  Kematian sama pentingnya dengan kehidupan.  Kematian yang tak terhindarkan tentu membuat kita harus sadar bahwa ternyata hidup saya ini ada akhirnya dan penting agar bermakna.  Kalau demikian apa yang saya lakukan dengan hidup yang dijalani itu sangat penting untuk dipikirkan dengan bijaksana. Saya harus berpikir, berencana, bekerja keras dan berarti bagi sesama. Sehingga hidup tak sekedar berlalu namun bermutu.  Waktu demi waktu digunakan dengan sebaik mungkin, tak ada yang dilewatkan tanpa arti. Tiap-tiap orang harus bertarung melawan segala kemalasan, kefasifan, ketidakpedulian, dan melawan daging ini yang selalu cengeng, maunya selalu dimanja saja.  Itu sebab pola hidup harus dikelola sedemikian rupa.  Arah hidup harus jelas sehingga bertujuan dan berpengharapan.  Karena saat kematian itu datang, anda akan bangga dan berkata, "sekarang aku tidak takut mati, karena aku telah menaklukkannya saat aku hidup."  Kematian bukanlah apa-apa, dia adalah sobat yang baik yang datang untuk membawa saya berjumpa dengan bapa di surga. Karena itu Alkitab berkata, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan" Wahyu 2:10b.  Ia datang bukan dengan membawa cambuk atau pukulan yang menyakitkan, namun rangkulan dan pelukan yang mesra.  

Ketika kematian itu datang, ia bagaikan kawan yang datang dengan senyum gembira dan tangan yang terbuka.  Itu sebab dikatakan "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" Wahyu 14:13.  Bahagia yang betul-betul bahagia adalah kematian itu.  Di sana seseorang beristirahat, berhenti dari kehidupan namun segala perbuatan mereka menyertai kepergian mereka. Ternyata di dalam mati kita kita tahu apa arti hidup kita, apakah perbuatan kita berdampak bagi orang yang kita kasihi atau sesama di sekitar kita.  Apakah mereka akan datang melihat jasat kita dan turut sedih ketika kita meninggalkan mereka? Apakah mereka turut mengucapkan rasa simpati yang terdalam kepada keluarga yang kita tinggalkan? Kalau pun orang lain tidak melakukannya tentu kita juga jangan terlalu sedih karena kunci yang terpenting adalah apakah kita mati di dalam Tuhan atau tidak? Kita hidup menyenangkan hati Tuhan atau tidak? kalau iya, maka kitalah yang paling berbahagia karena dengan matinya kita maka kita mati disambut-Nya dan itulah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara

Panggilan menjadi seorang hamba Tuhan

Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya,  adalah orang bebas, milik Tuhan .  Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya . 1 Korintus 7:22. Panggilan menjadi seorang hamba Tuhan adalah merupakan panggilan yang sangat mulia.  Memang tidak banyak orang yang berminat untuk memutuskan menanggapi panggilan Tuhan dengan menyediakan diri dengan melayani-Nya sepenuh waktu.  Banyak alasan yang disampaikan mengapa hanya memilih partime atau paruh waktu saja.  Dan bahkan ada yang dengan terang-terangannya menolaknya dengan tidak melayani sama sekali. Dulu saat ditanya, "apakah kamu mau menjadi hamba Tuhan, seperti papamu?" Maka dengan sengera saya menjawab tidak! Saya mau menjadi pilot, atau kalau tidak mau menjadi polisi.  Tidak ada bayangan sama sekali ingin menjadi seorang hamba Tuhan.  Sebab menurutku menjadi seorang hamba Tuhan tidaklah enak.  Penuh pergumulan dan tantangan, tidak punya uang yang cukup dan tida