Langsung ke konten utama

Produk Dosa

Dosa berarti meleset atau keluar dari sasaran yang Allah kehendaki.  Dosa merupakan produk yang dihasilkan sejak manusia pertama di taman Eden jatuh ke dalam dosa. Ketidaktaatan kepada ketetapan dan kehendak Tuhan telah membawa manusia terpisah dengan Allah sang pencipta yang kemudian tabiat tersebut terus menjalar dari generasi ke generasi. Dosa menghasilkan suatu produk yang pasti yaitu upah dosa adalah maut. Mereka yang sudah mati karena pelanggaran itu hidup aktif di dalam dosa.  Mereka mengikuti jalan dunia ini dan mentaati penguasa kerajaan angkasa, itu yang diungkapkan dalam Efesus 2:1-3.

 Maka dapat dikatakan bahwa produk dari dosa adalah menghasilkan dosa terus menerus dan tidak bisa tidak berbuat dosa.  Karena seseorang tidak sanggup melawan dan keluar dari dosa, genggaman dosa itu begitu kuat dan memikat. Sehingga orang dengan sengaja dan rela untuk aktif melakukannya dan tidak pernah merasa bersalah melakukan suatu kejahatan.  Perbuatan baik, agama, kepintaran, kekayaan dan lain sebagainya tidak bisa membawa manusia keluar dari dosa. Dosa telah menjadi alat setan untuk memperbudak, merusak dan memperhamba manusia ciptaan-Nya. Pada bagian ini maka Paulus mengingatkan orang percaya di Efesus agar tidak hidup lagi di dalam dosa, karena kehidupan yang demikian hanya layak dijalani oleh orang-orang yang tidak mengalami penebusan Kristus di dalam hidupnya. Dosa adalah status mereka yang dahulu, bukan yang sekarang.  Mereka yang sekarang harus berbeda dengan yang dahulu.  Dulu hidup lama namun sekarang ciptaan baru.  Lama berlalu dan baru sesungguhnya sudah datang.

Status yang lama adalah status yang mengerikan karena di dalam dosa seseorang hidup di dalam hawa nafsu, hidup menuruti kehendak daging, dan menuruti pikiran yang jahat.  Itu sebab manusia yang berdosa begitu kotor di hadapan Allah sampai dikatakan bahwa tidak ada seorang pun yang benar, seorang pun tidak.  Ini penegasan yang paling jujur dan akurat dalam standar firman Tuhan.  Dalam terang firman Tuhan, dosa merusak kehendak, dosa merusak sistem berpikiran dan dosa merusak totalitas hidup manusia karena memang pekerjaan dosa adalah melakukan kekacauan di dalam orang-orang durhaka. Itu sebab tidak heran dalam segala area dan sistem hidup sudah terjadi kekacauan yang luar biasa, manusia sudah tidak mampu lagi memahami manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Sungguh manusia telah sesat. Suatu sistem yang benar telah dirusak oleh dosa.  Harusnya manusia memuliakan Dia, karena dosa manusia memuliakan diri sendiri.  Harusnya manusia melayani-Nya, karena dosa maka manusia melayani diri. Tidak peduli orang lain disekitarnya. Maka apa yang dikatakan oleh seorang wali kota adalah dosa terbesar kita adalah saat kita mempersulit orang lain dengan sistem yang kita buat.  Yang harusnya sistem itu mempermudah namun karena dasarnya manusia suka mempersulit maka yang mudah dipersulit. Dengan sistem itu harusnya memangkas sistem birokrasi yang tidak perlu, jadi akses-akses pelayanan kepada masyakat bisa berjalan dengan baik dan lancar. Namun harus kita ingat bahwa semua itu terjadi karena manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan dan kerinduan untuk memuliakan Alllah.  Itu sebab menurut catatan Alkitab, orang-orang yang hidup dalam dosa memang layak dimurkai oleh Allah dan mengalami binasa selamanya karena itulah produk dosa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara