Langsung ke konten utama

Semangat Melayani

Melayani adalah anugerah terbesar dari Tuhan, apa pun bentuknya dan dimana pun ladangnya.  Entah itu di kota besar atau di dalam rimba, semua jiwa berharga dimata-Nya.  Namun pelayanan harus dibangun di atas dasar yang benar.  Bukan demi besar, tenar dan bersinar pelayanan itu namun demi benarnya hidup jemaat dan kuatnya mereka berakar dan bertumbuh di dalam Tuhan. Kini hampir sulit menemukan semangat pelayanan yang murni, semua hampir sudah dibungkus dengan motivasi-motivasi yang ujung-ujungnya kepentingan diri. Itu sebab hari ini saya senang bisa berkunjung ke rumah seorang ibu yang sudah cukup berusia dengan semangat pula nenek tersebut belajar kebenaran firman Tuhan karena itu saya sendiri merasa ini sesuatu hal yang sangat istimewa ternyata masih ada orang yang haus dan rindu belajar kebenaran. 

Dari Efesus 1:1-4 saja kami banyak belajar dan menemukan sesuatu yang sangat istimewa.  Dalam prikop tersebut Paulus menjelaskan bahwa kerasulannya adalah karena kehendak Allah bukan karena dirinya sendiri ingin menyebut dirinya rasul.  Dan hal itu membawa saya untuk melihat dalam kontek dunia kita sekarang ini ternyata bahwa orang suka menyebut dirinya rasul, pendeta, penginjil bahkan pendoa namun belum tentu karena kehendak Allah.  Kehendak Allah adalah dasar dari panggilan setiap orang percaya dalam menjabat suatu pelayanan tertentu.  Dengan kata lain semangat melayani bukan didorong karena aku rasul, aku pendeta atau aku seorang pelayanan Tuhan tetapi karena kehendak Allah yang bekerja di dalam diri seseorang. Kalau kehendak Allah bekerja di dalam diri saya maka apa pun jabatan yang Tuhan berikan kepada saya sesungguhnya itu menjadi suatu status rohani untuk saya bergiat melayani Tuhan meski satu jiwa tidak mengapa, yang penting tugas saya memberitakan kebenaran tersampaikan dengan baik dan menguatkan iman orang yang dilayani. Apa yang Tuhan percayakan ini merupakan kasih karunia Allah yang istimewa sehingga membawa damai sejahtera di dalam diri yang melayani mau yang dilayani.  Keduanya terikat dengan damai sejahtera yang Allah limpahkan kepada tiap-tiap orang.  Karena tidak ada yang bisa membuat orang sejahtera kecuali Allah sendiri.

Namun menarik bahwa berkat rohani itu tidak berupa materi namun berupa pemilihan kita sebelum dunia dijadikan.  Dipilih oleh Presiden tentu sangat menyenangkan.  Namun bagaimana kalau Tuhan memilih kita? Gambaran yang sangat jelas bahwa kita dipilih sebelum dunia dijadikan, ini berbicara tentang kedaulatan penuh Allah dalam memilih.  Ia memilih bukan karena kita sudah ada, bukan karena kita sudah ini dan itu dan bukan karena memang kita layak dipilih karena kita anak pendeta, majelis atau jabatan gerejawi lainnya namun kita dipilih dalam kedaulatannya yang tidak perlu ditanyakan mengapa demikian? Kedua, kita dipilih justru saat kita masih lemah, berdoa, dan berseteru dengan Allah.  Allah tidak harus memilih kita dan kalau mau harusnya kita binasa namun di dalam kebinasaan kita Allah justru memilih kita untuk diselamatkan.  Ini menjadi titik penting dan dasar dari Iman Kristen. Namun urusan siapa yang dipilih atau tidak itu bukan urusan kita, karena itu bisnisnya Allah.  Tugas kita adalah memberitakan Injil dan menyampaikan kebenaran. Bahwa ada konsep atau doktrin pilihan, itu memang nyata diberitakan oleh Paulus. Kemudian kenapa kita dipilih ternyata bukan sekedar supaya kita masuk surga mulia.  Mereka yang pilih tentu masuk surga namun Paulus ingin menyampaikan bahwa karena kita sudah dipilih maka kita harus ingat status pemilihan itu karena kita telah menjadi kudus, terpisah dan telah menjadi milik Allah dan karena itu kita harus tidak bercacat dan layak dihadapan-Nya.  Artinya menjadi suatu tanggungjawab bagi kita sebagai orang pilihan menjaga kekudusan dan kehidupan yang tidak bercacat.  Kehidupan yang memuliakan nama-Nya di dalam aspek kehidupan kita. 

Itu sebab Paulus memuji Tuhan karena di dalam Kristus, Allah telah memberikan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.  Bekat apakah itu? Berkat di dalam surga tentu menjadi berkat yang tak ternilai dan istimewa karena diberikan oleh Pribadi yang di atas dan diberikan oleh Pribadi yang mulia.  Pemberiannya pun  bersifat kekal.  Yaitu berkenaan dengan pemilihan Allah kepada mereka yang berdosa.  Mereka di pilih untuk ditebus dan menikmati persekutuan yang abadi dengan-Nya. Jadi semangat melayani karena kita telah dipilih, ditebus dan dikuduskannya dan memperkenan Dia di dalam segala hal.  Satu jiwa saja kalau kita layani dengan sungguh-sungguh maka satu jiwa itu pun mengalami sukacita di hadapan Tuhan. sukacita yang tidak mungkin diganti dengan apa pun juga. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akibat memandang ringan hak kesulungan

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Kejadian 25:34 Ada beberapa alasan mengapa di dalam Alkitab dicatat bahwa Esau memandang ringan hak kesulungan itu: 1.   Karena dia berkata bahwa hak kesulungan itu tidak ada gunakanya baginya sebab, menurut Esau sebentar lagi dia akan  mati, ayat. 32. 2.     Karena bagi Esau hak kesulungan sejajar dengan makanan dan minuman (kacang merah), ay. 34. 3.       Karena Esau mempunyai nafsu yang rendah, Ibrani 12:16. Penting bagi kita untuk melihat kegigihan Yakub yang berusaha mendapatkan hal kesulungan tersebut dan merebutnya dari Esau. Yakub yang adalah adik Esau justru memandang pentingnya hak kesulungan itu. Dia meminta kepada kakaknya Esau melakukan barter roti dan masakan kacang merah untuk ditukarkan dengan hak kesulungan. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa ketidakmampuan Esau dalam menghargai anugerah Tuhan, bisa saja membuat Esau bernafsu rendah dan secara mudah menyerahkan hak kesulu

Menggarami atau Digarami

Matius 5:13 Matius pasal 5 adalah merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di Bukit yang ditujukan kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengawali khotbah-Nya dengan menyampaikan tentang “Ucapan Bahagia”, kemudian diteruskan dengan berkata kepada mereka, “Kamu adalah Garam Dunia”. Garam tentu bukan suatu yang asing bagi pendengarnya dan bagi kita.   Namun dari dalamnya kita bisa menemukan beberapa kebenaran yang dimunculkan melalui ayat 13 tersebut:     1.     Orang Percaya adalah “Garam” Kita mengerti garam dan juga mengerti rasanya serta kita juga mengerti fungsinya.   Sehingga garam yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini sebetulnya sangat mudah dimengerti oleh semua orang dan pengengarnya pada waktu itu.   Garam adalah merupakan suatu gambaran sederhana yang sengaja diangat untuk menyatakan kebenaran yang besar yang ingin Ia sampaikan.   Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai garam yang ada di dapur, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging, p

Kekristenan yang bertumbuh

Pertumbuhan merupakan suatu taget dari kehidupan Kristen.  Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus Kristus, maka sejak itulah ia harus mengalami suatu pertumbuhan iman.  Sehingga ada istilah pertumbuhan gereja yang sebetulnya memiliki makna bukan gereja dalam arti bangunan, organisasi atau jumlah kegiatannya tetapi pertumbuhan orang-orang di dalamnya.  Dan itu melingkupi jemaat, pengurus termasuk pelayanan atau hamba Tuhan di dalamnya.  Ketika orang-orangnya banyak dalam kuantitas tetapi tidak bertumbuh dalam kualitas maka sebagai pemimpin gereja saya rasa menjadi sangat perlu bagi gereja untuk segera berbenah diri dan mengarahkan tiap-tiap orang pada pertumbuhan seperti yang Ia kehendaki. Pada siapakah gereja harus bertumbuh? Gereja harus bertumbuh pada pengenalan yang dalam akan Dia, pelayanan yang berfokuskan Dia dan kebanggaan akan Dia.  Bagaimana Kekristenan menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya, melayani Dia, hidup benar dalam setiap ruang lingkup kehidupan dan menjadi gara