Pilihlah Sukacita
Sebuah buku yang ditulis oleh Kay Warren, istri dari Rick Warren seorang penulis dan pengkhotbah terkenal. Ia menyentak hati para pembacanya dengan karya tulisnya yang luar biasa, bukan karena rangkaian kata-kata yang hebat namun karena apa yang ditulisnya adalah hasil pergumulan peribadi yang dialami dan dijalani sendiri dalam mengarungi jalan kehidupan yang sebetulnya justru berlawanan dengan harapan dan impiannya.
Ia terkena kanker stadium empat yang berkepanjangan sampai pada satu titik ia sendiri hampir putus asa karena pergumulan yang berat itu namun menariknya ia kemudian bangkit dari titik ketidakberdayaan masuk pada titik penyerahan total, meski katanya sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Itu sebab bukunya yang pertama diberi judul, penyerahan hidup secara total pada Tuhan. Saya sudah membaca buku itu hingga habis dan sekarang buku tersebut saya berikan kepada seorang ibu yang sedang bergumul dengan kankernya. Berharap buku itu bisa menguatkan dan menjadi berkat menghadapi pergumulan yang tidak mudah.
Bila anda membaca bukunya maka anda akan tahu rasanya bergumul dalam pergumulan yang tidak sederhana bahkan sampai-sampai hampir berada di ujung titik kematian. Namun di sanalah kita akan tahu bahwa tanpa Tuhan kita nothing. Dalam derita itu kita hanya berharapa pada anugerah Tuhan semata. Kita harus tahu realita bahqa hanya Tuhan yang tahu dan sanggup memulihkan dan menyembuhkan. Dan ternyata hidup kita akan lebih bermakna bila Tuhan ada disana dan ada tangan Tuhan yang serta. Itu sebab kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok namun kita tahu dihari esok pun akan indah bila berada di dalam genggaman tangan Tuhan. Tak ada lagi yang membuat kita bisa takut. Paulus berkata, hai maut dimanakah sengatmu!
Kebanyakan orang hanya tahu kisah Rick Warren seorang pendeta hebat, namun sedikit yang tahu tentang pergumulannya saat istrinya harus menderita terkapar karena kanker hingga hampir merenggut nyawanya. Bahkan orang hanya bisa menghakimi dan berkata masa sih ada pendeta hebat, yang anaknya bunuh diri. Ada pendeta hebat yang istrinya sakit hampir mati karena kanker. 1001 cibiran yang mungkin akan datang tak di undang. Namun toh, kita tidak boleh terlalu berlebihan terhadap kehidupan orang lain, lebih baik tutup mulut atau mendoakan karena masing-masing orang punya derita, suka dan pergumulan masing-masing yang dijalani.
Menariknya adalah saat orang menangisi penderitaan dan kedukaannya maka Kay Warren bangkit, ia mengangkat hati dan tetap semangat hidup melayani Tuhan, ia tidak meratap kesedihan. Ia pergi melayani orang yang berduka dan sedih agar tetap bersukacita. Ia melayani penderita kanker agar tetap bangkit dan memiliki semangat hidup, ia juga menyelamatkan wanita-wanita diberbagai yang terjebak dalam praktek prostitusi, dan menulis buku-buku, dll. Banyak yang dipulihkan, bukan karena apa yang mereka terima tetapi apa yang mereka telah alami bersama dengan Kristus. Hingga Paulus pun berkata, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4). Sukacita di dalam Tuhan adalah sukacita yang kekal, yang tak mungkin direnggut oleh hal yang lain di dalam dunia ini termasuk penderitaan dan kematian.
Jadi jangan putus ada dan kecewa atau pun marah kepada Tuhan namun tetaplah setia dan bersukacita di dalam Dia. Apa yang kita alami dalam dunia ini sementara adanya. Itu hanya cambuk untuk kita berpacu maju melakukan kehendak Ilahi lebih baik dan benar. Tuhan adalah sumber kekuatan dan sumber sukacita yang selalu tetap meski keadaan disekitar tidak memungkinkan dan kadang menunjukkan ketidakpantasan untuk tetap bersukacita dan berharap. Mengapa demikian? Karena apa yang di alami bersama dengan Tuhan terlalu besar. Sehingga kesedihan, penyakit dan malapetaka mana mungkin tak dapat menelan dan membenam kasih Tuhan yang besar itu untuk tercurah dalam hidup kita.
Itu sebab menurut saya menarik, bahwa di tengah-tengah sebagian orang saat pada masa yang sukar menggerutu dan marah dan tak mampu bersukacita bahkan hanya memikirkan dirinya sendiri tetapi kita sebagai orang percaya bisa berdiri kuat bahkan menemukan kesejatian diri, panggilan hidup dan berpaut pafa pencipta, lalu menjadi jawab atas pergumulan sesama ini adalah sesuatu yang sungguh indah adanya. Beranikah kita ada di sana dan tetap bersukacita? Itulah pertanyaannya?
Oleh: Pdt. Nikodemus Rindin
Komentar
Posting Komentar